Yang Merugi Karena Hadirnya Tol Cipali

Rep: c05/ Red: Agung Sasongko

Rabu 15 Jul 2015 04:59 WIB

Kendaraan memasuki gerbang keluar Palimanan Jalan Tol Cipali, Jawa Barat, Senin (13/7).   (Republika/Raisan Al Farisi) Kendaraan memasuki gerbang keluar Palimanan Jalan Tol Cipali, Jawa Barat, Senin (13/7). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIKOPO --  Jika ada yang protes dengan hadirnya Tol Cipali, dapat dipastikan mereka adalah pedagang kaki lima (PKL) sekitaran Nagreg. Akibat dari hadirnya Tol terpanjang se Indonesia ini, penghasilan mereka menjadi menurun.

Salah satu pemilik warung kelontong kecil di Nagreg adalah Mia Sofianti (29). Ia mengeluhkan omzetnya menurun secara drastis di momen mudik tahun ini. Jika pada lebaran tahun lalu dia bisa mengantongi sekitar Rp 2 juta per hari, sekarang ceritanya berbeda.

"Mendekati lebaran omset saya hanya Rp 500 ribu," ujarnya pada ROL saat ditemui di warungnya yang berkelir biru Selasa (14/7).

Tahun lalu dirinya bercerita kalau H-5 sebelum lebaran, daerah sekitaran Nagreg sudah macet. Dari sinilah, ungkap dia, rezeki itu datang. Sebab ketika macet banyak pemudik akhirnya yang singgah ke warungnya. Di sini para pemudik membeli cemilan atau minuman sebagai bekal perjalanan mereka. Sebab kemacetan yang terjadi membuat mobil bergerak pelan pelan.

Namun itu tidak terjadi lagi. Ia menyatakan hingga saat ini menginjak H min 3, arus lalu lintas Nagrek belum ada tanda tanda terjadi kemacetan. "Ya jadinya yang membeli dagangan saya tidak sebanyak tahun lalu, " kata dia.

Di warung yang letaknya dekat dengan Pos Polisi Cagak itulah Mia sudah lima tahun berjualan. Dia menjual berbagai macam snack dan juga minuman ringan layaknya warung kelontong pada umumnya. Namun bedanya di tempatnya itu dia juga menjual Indomie rebus dan juga gorengan. Selain itu dia juga menjual beberapa macam kue seperti kue lapis dan kue jajanan pasar lainnya.

Tak jauh berbeda dengan Mia, PKL lainnya yakni Rosmawati (32) mengeluhkan hal serupa. Dia menyatakan omsetnya menurun setelah hadirnya Tol Cipali. Jika biasanya saat lebaran omsetnya bisa mencapai Rp 1 juta, namun sekarang hanya di kisaran Rp 300 ribu saja.

Saat ditemui di Warungnya yang berdinding anyaman bambu, ia memprediksi penurunan omzet karena banyaknya pemudik yang beralih ke Tol Cipali. Ini akhirnya membuat lalu lintas di Nagreg tidak sepadat dahulu. "Ujung ujungnya ini membuat pembeli menjadi sedikit," ujarnya.

Ia menjelaskan jika tahun lalu lima hari sebelum lebaran sudah terjadi kemacetan. Namun saat ini hal itu tidak terjadi. Bahkan di H min 3 sekarang lalu lintas masih lancar lancar saja.

Bukannya tanpa alasan jika Rosmawati mengharapkan terjadi kemacetan di Nagreg. Sebab dengan adanya kemacetan terkadang membuat pemudik keluar dari mobilnya. Ini karena kemacetan kadang membuat mobil tak bergerak. "Nah kondisi seperti itu mereka biasanya mampir di warung saya," jelasnya.

Baik Rosmawati maupun Mia masih memupuk harap. Yakni agar Paska H min 3 ini kondisi Nagreg bisa lebih ramai lagi. Ini tentunya agar dagangan mereka menjadi laku kembali. Dimana justru kemacetan adalah anugerah bagi mereka.

 

Terpopuler