Kehabisan Penginapan, Puluhan Pemudik Tidur di Pinggir Jalan

Red: Karta Raharja Ucu

Selasa 14 Jul 2015 05:46 WIB

  Pemudik memenuhi ruangan-ruangan di KRI Banda Aceh, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (13/7).   (Republika/Wihdan) Pemudik memenuhi ruangan-ruangan di KRI Banda Aceh, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (13/7). (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Puluhan calon penumpang memilih tidur di pinggir jalan sekitar Pelabuhan Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, menunggu keberangkatan kapal.

"Penginapan yang murah sudah penuh, jadi kami di sini saja. Lagipula sebagian dari kami ini ada yang belum mendapatkan tiket," kata Sudiono, salah seorang calon penumpang di kawasan Pelabuhan Sampit, Senin (13/7) malam.

Pantauan di lapangan, diperkirakan ada puluhan warga yang tidur di pinggir jalan dan emperan toko. Sebagian dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.

Mereka terpaksa tidur di pinggir jalan beralaskan kertas seadanya karena tenda-tenda di halaman terminal pelabuhan dan halaman PT Pelindo, terlihat sudah penuh. Mereka memilih tidur di pinggir jalan untuk menghemat biaya karena belum tahu kapan akan diberangkatkan.

Senin petang, PT Dharma Lautan Utama memutuskan menunda keberangkatan dua kapal mereka dari Pelabuhan Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah menuju pulau Jawa karena alasan gelombang tinggi. KM Kirana III rute Sampit-Semarang yang seharusnya berangkat Senin (13/7) malam, ditunda menjadi Selasa (14/7) dijadwalkan pukul 23.00 WIB. Sedangkan Kirana I rute Sampit-Surabaya yang seharusnya berangkat pada Rabu (15/7), ditunda menjadi Kamis (16/7) dijadwalkan pukul 09.00 WIB.

Selain calon penumpang sudah bertiket, sebagian warga yang bermalam di kawasan pelabuhan belum mendapatkan tiket. Sebagian dari mereka bahkan ada yang sudah empat hari tiba. Ada yang tidur di penginapan, namun ada pula yang tidur di halaman terminal pelabuhan, bahkan di pinggir jalan dan emperan toko.

Tidak hanya dari berbagai kecamatan di Kotim, sebagian dari mereka berasal dari kabupaten lain di Kalteng, seperti Seruyan, Katingan, bahkan hingga Gunung Mas yang jarak tempuhnya lebih dari delapan jam dari Sampit. "Persediaan uang mulai menipis. Saya tidak tahu harus bagaimana lagi, sementara sampai saat ini belum ada kepastian kapan kami akan dapat kesempatan berangkat ke Jawa," keluh Iskandar.

PT Dharma Lautan Utama dan PT Pelayaran Nasional Indonesia sudah menutup penjualan tiket karena sudah habis. Kuota penumpang sudah terisi penuh sesuai dengan kapasitas maksimal kapal. Pemerintah mengirim KRI TCB-532/Teluk Celukan Bawang untuk membantu mengangkut pemudik. Kapal perang berkapasitas 300 orang ini rencananya berangkat dari Sampit menuju Semarang pada 15 Juli nanti. Namun diperkirakan, masih ada ribuan calon penumpang yang belum terangkut.

Terpopuler