Nikmatnya Berbagi di Hari Nan Fitri

Rep: c38/ Red: Damanhuri Zuhri

Senin 13 Jul 2015 15:09 WIB

Ketua Umum PP IKADI K.H Ahmad Satori Ismail Foto: Republika/Agung Ketua Umum PP IKADI K.H Ahmad Satori Ismail

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Tak ada yang lebih dinantikan anak-anak selain angpau lebaran. Apalagi bila ada saudara atau kerabat mereka pulang mudik.

Tradisi berbagi ini memang sudah mengakar di tengah umat Islam Indonesia. Berbagi angpau lebaran, hal itu pula yang dilakukan Gita Adhani (23), perantau ibukota asal Jambi.

“Rasanya senang aja kalau bisa berbagi dengan keluarga, keponakan-keponakan, dan saudara. Berbagi kebahagiaan, kita senang, orang yang dikasih juga senang,” kata Gita kepada Republika, Senin (13/7). 

Karyawan sebuah perusahaan IT di Jakarta Pusat ini sudah hampir enam tahun di Jawa. Ia mengaku pulang kampung setiap lebaran. Menurut dia, salam tempel atau angpau lebaran sudah menjadi kebiasaan di kampung halamannya.

Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), KH. Ahmad Satori Ismail mengapresiasi positif hal ini. Ia menjelaskan, berbagi atau sedekah adalah perilaku yang diperintahkan Allah SWT. Tradisi ini memungkinkan umat Islam melakukan pemerataan kesejahteraan secara menyeluruh. 

Menurut Satori, sedekah yang paling utama adalah sedekah kepada orang terdekat. Mulai dari keluarga, kemudian tetangga, kerabat, sanak saudara, baru kepada masyarakat di lingkungan sekitar.

Apalagi kalau ada tetangga atau saudara yang membutuhkan, mereka harus didahulukan sebelum kepada yang lain. Tradisi berbagi di kampung halaman saat mudik mewujudkan semangat itu.

Sayangnya, tradisi berbagi ini acapkali bergeser menjadi ajang pamer kesuksesan dan kekayaan. Menanggapi hal itu, Satori mengatakan, sedekah yang paling bagus adalah sedekah yang dirahasiakan.

Rasulullah SAW mengibaratkan, bersedekahlah seolah tangan kiri tidak tahu saat tangan kanan memberi. Itulah salah satu dari tujuh amalan yang akan melindungi pemiliknya di hari akhir kelak.

“Lebaran adalah perayaan kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa. Ibadah-ibadah yang kita lakukan selama Ramadhan diharapkan juga menghasilkan pribadi yang lebih baik saat Idul Fitri,” kata Satori.

Menurut dia, kalau sekadar ingin berbagi kebahagiaan, pemudik bisa memasukkan uang ke dalam amplop dan memberikan langsung kepada yang berhak. Tidak perlu ekspose di hadapan orang banyak.

Ketua Umum Ikadi ini memaknai lebaran dari kata lebar (lunas, selesai). Idul Fitri adalah lebaran dari dosa-dosa, kemaksiatan, kegetiran, kebencian, dan kesedihan. Tidak boleh ada orang yang bersedih hati di Hari Raya. Juga tidak boleh ada kebencian dan permusuhan yang tersisa selepas Idul Fitri.

“Agar lebaran terasa khidmat, jauhkan diri dari hura-hura dan kemaksiatan. Kita hadirkan silaturahmi dengan keluarga dan kerabat,” pesan Satori.

Terpopuler