REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kembali menyelenggarakan program mudik gratis untuk mahasiswa, karyawan dan warga sekitar. Sepuluh armada bus dilepas Rektor ITS Prof Joni Hermana dari halaman kampus, Senin (13/7).
Sebanyak 590 pemudik diberangkatkan dengan menggunakan 10 bus ke tujuh kota tujuan, yakni Trenggalek, Banyuwangi Utara, Banyuwangi Selatan, Ngawi, Blitar, Bojonegoro dan Pacitan. Khusus tiga daerah tujuan, yakni Banyuwangi Selatan, Pacitan dan Ngawi, masing-masing dilayani dua armada bus karena tingginya peminat.
Salah seorang peminat program mudik gratis ITS adalah Tiwi (25). Mahasiswi Pascasarjana ITS jurusan Ilmu Statistika tersebut mengaku setiap tahun mengikuti program tersebut. Selain hemat, menurut Tiwi, bus lebih nyaman dan praktis.
“Saya kan /ngekos di sini. Bus sudah ada di kampus, jadi nggak perlu ke terminal. Enggak repot kalau mau bawa oleh-oleh,” ujar pemudik tujuan Banyuwangi Utara itu.
Pemudik lain, Amin (35) membawa serta istri dan dua anaknya. Karyawan ITS itu menyebut baru pertama kali ikut serta dalam program mudik ITS. Dengan membawa keluarga, pemudik tujuan Ponorogo itu mengaku bisa menghemat ongkos.
“Biasanya, kalau bus ekonomi, Rp 40 ribu satu orang. Lumayan hemat. Busnya nyaman, tidak berdesak-desakan, dan tidak perlu jauh ke terminal,” kata dia.
Azmi, panitia pengarah menyampaikan, program mudik gratis ITS merupakan hasil kerjasama antara ITS dengan Pemprov Jawa Timur, melalui Dinas Perhubungan. Biaya pengadaan bus sendiri, menurut Azmi, sepenuhnya ditanggung pihak Pemprov Jawa Timur.
Sementara panitia pelaksana dikerjakan oleh Jamaah Masjid Manarul Ilmi (JMMI) ITS, organisasi mahasiswa Islam di ITS.
“Total panitia terlibat sekitar 150 orang. Kami menyosialisasikan program ini melalui poster-poster yang kami tempel di ruang publik,” kata mahasiswa jurusan Teknik Elektro itu.
Rektor ITS Prof Joni Hermana mengatakan, program mudik gratis ITS merupakan bentuk dukungan ITS terhadap civitas akademika dan warga sekitar. Dengan program tersebut, ia menyampaikan, setidaknya berkurang jumlah para pemudik berisiko yang menggunakan sepeda motor.
Tradisi mudik, menurut Joni, merupakan ajang silaturahim, terutama anak kepada orang tua.
“Kami di ITS tidak membatasi pendidikan hanya ilmu pengetahuan, tetapi juga spiritualitas. Kita memfasilitasi mereka untuk bertemu orangtua, sehingga merka tetap hormat kepada orangtua,” tutur Joni.