REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VII DPR Joko Purwanto mengimbau para pemudik untuk tidak menyimpan bahan bakar minyak dalam kemasan kaleng dalam waktu lama atau menjadikannya sebagai cadangan bahan bakar selama perjalanan mudik.
"Sifat bahan bakar kan berbeda dengan oli atau minyak rem, jika BBM kalengan itu disimpan dalam suhu panas bisa beraksi. BBM disimpan di bagasi, macet panjang, suhu panas, saya khawatir terjadi ledakan," katanya di Jakarta, Ahad (13/7).
Menurut dia, BBM tersebut harus segera digunakan setelah pembelian karena tujuan pemasaraannya adalah memudahkan para pemudik yang kesulitan bahan bakar di tengah kemacetan.
Joko mengepresiasi terobosan PT Pertamina membuat BBM kemasan namun dirinya meminta PT Pertamina terus mensosialisasikan fungsi dan tujuan pembuatan produk tersebut.
"Saya yakin, pihak Pertamina telah menghitung keamanan dan kekuatan kemasan BBM tersebut. Ini harus terus disosialisasikan agar masyarakat mampu menggunakannya secara bijak," ujarnya.
Sebelumnya Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Ahmad Bambang menyatakan BBM kalengan dijual untuk mengatasi kemacetan dan meminta tidak dibawa dalam perjalanan jauh atau disimpan dalam waktu lama.
Dia menjelaskan BBM itu disediakan di tol yang tempat istirahat tidak memiliki SPBU, serta tol yang jarak SPBU-nya jauh seperti Tol Cikopo-Palimanan (Cipali).
"Di sepanjang jalur Pantura juga disediakan, karena kami khawatir para pemudik yang terkena macet kehabisan bahan bakar di tengah perjalanan," katan Bambang.
Bambang mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir akan ketersediaan pasokan, serta tidak membawa BBM kemasan dalam perjalanan jauh.
BBM kemasan yang disediakan PT. Pertamina adalah jenis Bahan Bakar Khusus (BBK), yaitu Pertamax, Pertamax plus dan Pertamina Dex. BBM tersebut tersedia di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan non-SPBU berada di jalur mudik, khususnya Pulau Jawa.