Lalu-lintas Penerbangan Belum Dipastikan Membaik Sepekan ke Depan

Rep: c23/ Red: Joko Sadewo

Ahad 12 Jul 2015 22:53 WIB

 Gunung Raung mengeluarkan awan panas terlihat dari Desa Melaten, Bondowoso, Jawa Timur, Ahad (12/7).   (Antara/Zabur Karuru) Gunung Raung mengeluarkan awan panas terlihat dari Desa Melaten, Bondowoso, Jawa Timur, Ahad (12/7). (Antara/Zabur Karuru)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Surono mengungkapkan saat ini aktivitas vulkanik Gunung Raung sudah mulai menurun. Kendati demikian, ia belum dapat memastikan apakah lalu-lintas penerbangan dapat berlangsung normal kembali pascapenuruan tersebut.

Penurunan aktivitas Gunung Raung, kata dia, terlihat pada seismograf.

"Alat (seismograf) kan gak mungkin bohong," jelas Surono kepada Republika Online (ROL), Ahad (12/7).

Ia menjelaskan, dari aspek vulkanologi, letupan Gunung Raung bukan termasuk dalam golongan besar. "Hanya letusan strombolian (kekuatan rendah)," ucap lelaki yang biasa disapa Mbah Rono itu.

Kalaupun ada abu vulkanik yang menjulang ke langit, lanjutnya, itu hanya pengaruh angin. Ketika angin kencang, abu vulkanik akan semakin cepat tertiup ke atas dan menyebar.

Terkait normalisasi lalu-lintas penerbangan, Mbah Rono meminta agar masyarakat menunggu 3 hari atau sepekan ke depan. "Kalau tidak ada perubahan, makan diperpanjang hingga 10 hari ke depan," jelasnya.

Sebelumnya, akibat erupsi Gunung Raung, sejumlah bandara pun terpaksa ditutup. Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan (Kemenhub), JA Barata  menjelaskan lima bandara yang ditutup adalah Bandara Internasional Ngurah Rai di Bali, Bandara Internasional Lombok, Bandara Selaparang di Mataram, Bandara Blimbingsari di Banyuwangi, dan Bandara Notohadinegoro di Jember.

Perpanjangan penutupan disebabkan dampak abu vulkanik yang belum mereda hingga Jumat kemarin.

Terpopuler