Potensi Aliran Zakat dan Sedekah Selama Hari Raya

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko

Ahad 12 Jul 2015 21:19 WIB

Umat muslim membayar zakat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (10/7). Foto: Antara/Fanny Kusumawardhani Umat muslim membayar zakat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (10/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Filantropi Dompet Dhuafa memprediksi potensi aliran zakat dan sedekah selama hari raya idul fitri 1436 hijriah mencapai 40 triliun rupiah. Presiden Direktur Dompet Dhuafa, Ahmad Juwaini mengatakan, angka tersebut diperoleh dari potensi aliran ekonomi yang dibawa pemudik ke desa dan potensi zakat Indonesia.

"Secara keseluruhan uang dari kota ke desa selama mudik tahun ini mencapai 104 triliun Rupiah. 20 persen atau 20,8 triliiun digunakan untuk bersedekah atau berbagi dengan sanak saudara. Ditambah 10 persen dari potensi zakat di indonesia yang mencapai 217 triliun. Jadi ada potensi 40 triliun rupiah untuk sedekah dan zakat," ujar Ahmad Juwaini kepada ROL, Sabtu (11/7).

Ia menjelaskan, angka potensi aliran uang dari kota ke desa selama mudik yang mencapai 104 triliun rupiah mengalami peningkatan dari tahun lalu yang hanya 90 triliun rupiah. Peningkatan ini bukan dikarenakan adanya kenaikan jumlah pemudik. Menurutnya, jumlah pemudik setiap tahunnya relatif sama. Tidak ada kenaikan angka yang signifikan.

Peningkatan angka tersebut lebih dikarenakan adanya kenaikan gaji reguler yang diperoleh karyawan setiap tahunnya sekitar 10 persen. Jadi walaupun Indonesia sedang mengalami perlambatan ekonomi tetapi secara makro dampak dan pengaruhnya belum ada. Sehingga potensi aliran uang yang mengalir dari kota ke desa meningkat dari tahun lalu.

Ia menambahkan, dari total keseluruhan aliran dana yang mencapai 104 triliun rupiah. Hanya 10 persen saja atau 10,4 triliun yang digunakan pemudik untuk investasi di kampung halaman. Seperti membangun rumah untuk dikontraakan, membeli sawah, peternakan dan lainnya. 20 persen atau 20,4 triliun digunakan untuk  bersedekah atau berbagi dengan kerabat. Dan sisianya habis untuk transportasi dan belanja mudik.

Menurutnya, ritual hari raya memang dijadikan masyarakat sebagai ajang silaturahim dan bukan untuk investasi. Sehingga dana yang dikeluarkan lebih banyak dihabiskan unuk hal yang bersifat konsumtif daripada untuk investasi.

Terpopuler