REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhtadi, salah seorang pemudik yang ditemui ROL baru selesai memeriksa kendaraan matic-nya. Seperti tahun sebelumnya, Muhtadi akan mudik menggunakan sepeda motor.
Muhtadi bekerja di sebuah perusahaan rekontruksi bagunan. Selama bekerja, ia selalu berpindah lokasi dari kota ke kota. "Tahun lalu aku pernah lebih jauh ke Pati-nya,"kata dia dengan logat kentalnya.
Mudik tahun ini ia akan mengunakan jalur pantai utara (pantura) menyusuri jalan yang melintasi Bekasi, Cikarang, Cirebon, Semarang. Meski sejuk, ia mengaku kurang nyaman melewati jalur Selatan yang melintasi Bandung, Garut, Cilacap, Kebumen, Porwokerto hingga menuju Pati. Hal itu lantaran jalanan yang dinilainya kurang bersahabat.
"Kalau lewat sana jalanannya rusak, Mas,"ujarnya.
Muhtadi mengaku gemar mengemudikan kendaraan saat mudik lebaran. Pasalnya, selain pernah menempuh jarak dari wilayah barat pulau Jawa menuju Timur Pulau Jawa, ia pun pernah menaklukan jalur Bali menuju Pati. Bahkan, yang cukup mengherankan Muhtadi pernah menempu jarak hampir 760 kilometer yakni jalur Bandar Lampung hingga Kabupaten Pati mengunakan kendaraan roda dua miliknya itu.
Pria berumur 35 tahun ini menjelaskan, selain asik, faktor lainnya yang memdorong dirinya mengunakan sepeda motor matic-nya itu adalah lebih hemat. Selain itu, keamanan yang membuat dirinya was-was ketika meninggalkan kosnya. Menurunya, saat hari raya Idul Fitri tempat tinggal sementara seperti kontrakan dan kos akan ditinggal dalam waktu lama oleh pemiliknya.
"Jadi enggak ada yang ngawasin mas. Lebih baik dibawa,"katanya. Hanya butuh empat kali pengisian untuk menempuh jalur utara menuju Pati. Biasannya, Muhtadi tidak sendiri berangkat ke kampung halaman.
"Aku kontak temenku waktu kuliah dulu atau teman kerjaan di Jakarta. Jadi kumpul di mananya nanti kita atur,"ungkapnya.
Banyak pihak penyelengara baik pemerintah maupun lembaga swasta yang telah menyediakan mudik gratis bagi pengendara motor. Meski demikian, Muhtadi tidak tertarik. Menururnya, sensasi mengunakan sepeda motor bersama rombongan teman lebih mengasikan ketimbang menggunakan kendaraan lain.
"Kau pakai motor kita bisa berhenti di mana saja,"kayanya.
Dia memperkirakan keberangkatannya kali iji dari Bogor menuju Pati memakan waktu 14 sampai 16 jam. Selama selama perjalan Muhdtadi sesekali menepikan kendaraan di rest area di SPBU. Di sana, kata dia, banyak jasa yang membantu pemudik. Misalnya, pijat gratis, posko kesehatan, sampai servis motor.
Malam hari menjadi pilihan sejumlah pengendara untuk menghindari batalnya puasa. Muhtadi sendiri lebih memilih waktu malam menuju kampung halaman. Sebab menurut dia, selain terhidar dari batalnya puasa, waktu pun lebih cepat.
"Aku berangkat dari sini habis magrib, sampai Pati habis subuh. Sudah sampai rumah langsung tidur. Bangun menjelang sore dan langsung jalan-jalan sama anak,"kata Muhtadi yang juga lulusan teknik Universitas Sebelas Maret itu.
Bagi Muhtadi, mudik mengunakan sepeda motor suatu hal yang dilakukan setiap tahunnya. Sebab, ia mengaku hanya libur Lebaran saja pulang ke kampung halaman menggunakan sepeda motor.