REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tanpa kedisiplinan masyarakat, mudik bisa jadi sebuah fenomena tahunan yang menyisakan berbagai persoalan. Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengungkapkan beberapa aspek yang harus diperhatikan saat mudik.
“Yang utama, perhatikan keselamatan. Mudik dengan kendaraan apapun, biarpun semangat tetap jaga keselamatan. Anak-anak jangan sembarangan dibonceng,” kata Haedar Nashir kepada ROL, Jumat (10/7).
Ia menambahkan, Islam sangat mementingkan aspek keselamatan. Jaga stamina saat berkendara. Lebih baik berhenti untuk beristirahat saat merasa lelah. Selain itu, pemudik juga perlu memperhatikan volume barang-barang bawaan dan tidak terburu-buru dalam perjalanan.
Haedar juga mengimbau pemudik untuk menyerap makna mudik. Mudik bukan sekedar pulang fisik, tetapi juga pulang rohani. Mudik adalah perjalanan pulang kembali ke keluarga, kerabat, atau masyarakat asal. Lewat mudik, seseorang bisa bersilaturahim dan saling menebar kasih sayang di tengah suasana kekerabatan.
Haedar melanjutkan, aspek lain yang perlu diperhatikan adalah kesediaan untuk berbagi. Saat kembali ke kampung halaman, seorang Muslim memiliki kesempatan bersilaturahim dan berbagi dengan keluarga. Namun, Haedar menegaskan, mudik juga tidak boleh dimaknai sebagai ajang pamer kekayaan.
Sosiolog Musni Umar menyarankan, fasilitas mudik bersama bisa dimanfaatkan oleh para pemudik. Sekarang ini, banyak BUMN, perusahaan, bahkan partai politik mengadakan acara mudik bersama. Hal itu lebih nyaman dan ekonomis.
Supaya mudik lebih tenang, Musni juga menyarankan pemudik menggunakan kendaraan umum. Sepeda motor bisa dipaketkan saja ke kampung halaman. “Naik kendaraan roda dua sambil membawa barang-barang dan anak istri dalam jarak jauh itu resikonya tinggi. Ini juga perlu diperhatikan,” kata Musni.