Pembatasan dan Perubahan Bagi Penumpang Kapal Kelas Ekonomi

Rep: C28/ Red: Julkifli Marbun

Jumat 10 Jul 2015 04:00 WIB

Penumpang mengantre naik Kapal Motor (KM) Kelud milik PT Pelni. Foto: Republika/Aditya Pradana Putra Penumpang mengantre naik Kapal Motor (KM) Kelud milik PT Pelni.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manajer Komunikasi dan Hubungan Kelembagaan Akhmad Sujadi, menyatakan PT Pelni merubah kelas 1,2 menjadi ekonomi. Pasalnya  kebutuhan masyarakat lebih banyak di kelas ekonomi.

“Selain itu juga menampung lebih banyak penumpang,” katanya saat ditemui di kantornya. Kamis (9/7)

Selain itu, PT Pelni juga membatasi jumlah penumpang, hanya 2600 penumpag saja. “Sekarang tiket kapal dibatesin 2600 itu untuk kapal type 2000, kalau untuk type 1000, hanya 1300 jiwa,” kata Sujadi saat ditemui di Kantor, PT Pelni Pusat, Jakarta Pusat,

Pembatasan penumpang tersebut juga ditujukan untuk keselamatan para penumpang kapal. Pasalnya Pada menjelang lebaran Idul Fitri ini penumpang bisa mencapai 200 persen dari kapasitas.

“Jadi misalkan kapasitas kapal pelni 2.000 seat berarti ada 2.000 tempat tidur di dalam kapal, berarti kapal tersebut memuat penumpang saat lebaran mencapai 6.000jiwa,” jelasnya.

“Sementara alat keselamatan tidak disiapkan sebanyak itu. Alat keselamatan di atas kapal hanya 30 persen dari 130 persen dari kapasitas,” tambah Sujadi.

Sujadi berkisah, Pelni pernah mengalami accident, sampai membahayakan pada tahun 80an. Tetapi Sekarang Alhamdulillah sudah tidak ada accident yang membahayakan, hanya menyerempet kapal-kapal lain saja.

“Dari kekhawatiran pihak Pelni, memutuskan pembatasan penumpang, maksimal 130 persen, 30 persen dari kapasitas yang ada di atas kapal. jadi ini mengutamakan  keselamatan penumpang, meski sebenarnya kapal mampu menampung lebih dari itu,” katanya.

Di sisi lain, Perubahan dari multi class menjadi kelas ekonomi merupakan gagasan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan ketika diskusi dengan Direksi PT. PELNI di atas KM. Kelud.

Pada saat diskusi berlangsung Jonan menanyakan, perihal potensi kamar kelas di kapal. “Jadi di atas kapal terbagi tiga kelas, 1,2,dan kelas ekonomi. Kalau kelas 1 fasilitas lengkap kasur tv dan kamar mandi. Kelas 2 terdiri empat dan enam kasur, dan kamar mandi di dalam, apabila ekonomi seperti bangsal, sekarang diubah menjadi kelas ekonomi,” Jelasnya.  

Sujadi, bercerita sepanjang penerapan kapal kelas satu itu, kurang peminat, sering kosong. Kelas satu ini juga tidak dicover PSO. sementara lima tahun terakhir Pelni itu mengalami kerugian, “Jadi salah satu penyebab kerugian di kapal ialah, keberadaan kamar kelas. Karena tidak dicover pemerintah.” Jelasnya.

Saat itu, kata Sujadi, Jonan menggagas demi menjaga tingkat isian kapal ini, kamar-kamar kelas ditiadakan. “Kelas satu dan dua. Jadi kamar tersebut dijadikan seperti kelas ekonomi saja (atau disebut eks class. Kelas tiga tetap harga ekonomi,” katanya.

Ia menjelaskan, kapal yang masih dipertahankan class-nya yakni KM Kelud rute Jakarta - Medan, KM Tidar tujuan Jakarta, Ambon dan Tual.  

 “Pertimbangan menghilangkan kelas satu, ialah memperbesar kursi PSO, dan memperbesar kapasitas kapal penumpang ekonomi. Karena setiap tahun jumlah penumpang kapal naik dua persen,” katanya.

Pasalnya, kata Sujadi, pada tahun 2014 Pelni menerima Publik Service Operation (subsidi) dari pemerintah sekitar 600 Milyar, Hanya untuk kelas ekonomi. Pada tahun 2015 menerima 1,6 Trilyun.  

Saat penumpang tertinggal di pelabuhan Medan lantaran para penumpang rusuh, Sujadi menyatakan, pertama penumpang dan pengantar ikut naik di atas kapal. Seperti biasa kita memiliki SOP, memberi peringatan pada pengantar untuk segera turun, satu jam sebelum berangkat kami memberi kesempatan turun, tangga akan ditutup dan segera dinaikkan.

“Proses ini, kami tujukan untuk menyisir para pengantar yang sedang di atas kapal,” tambahnya

Kendati demikian, banyak pengantar yang tidak turun dari kapal, ini artinya penumpang gelap, dan apabila ketahuan penumpang gelap ini akan diminta membayar sesuai harga tiket.  “Dengan kejadian ini banyak penumpang yang belum mendapatkan tiket di bawah kapal,” Katanya.

Karena jumlah tiket yang kami jual sudah habis, dengan pembatasan 130persen (2600 jiwa) itu di atas kapal. “di bawah kapal sekitar ratusan penumpang belum terangkut,” katanya.

“Sebenarnya pembatasan ini untuk keselamatan para penumpang, hanya saja penumpang belum mengerti,” katanya.

Sujadi menjelaskan, pihaknya sudah  mensosialisasikan kepada masyarakat soal kebijakan  yang dilayangkan PT Pelni, mungkin kata Sujadi, karena peminat kapal ini kebanyakan masyarakat terpencil sehingga kurang bisa mengakses kebijakan yang dilayangkan Pelni.

“padahal kami sudah melayangkan ke media masa, dan memasang spanduk di area pelabuhan-pelabuhan terkait pembatasan penumpang di atas kapal,”katanya.

“Apalagi kelas ekonomi, tiket seringkali habis. Sehingga terkadang dijual tiket non seat, di beberapa ruas, terutama di masa-masa menjelang idul fitri ini, tiket non seat pasti sudah habis,” katanya.

Terpopuler