Kisah Tiga Dokter Muda Malaysia Jalani Ramadhan

Rep: c07/ Red: Ani Nursalikah

Kamis 09 Jul 2015 20:41 WIB

Dari kiri ke kanan, Dokter Arif, Masri and Mohammed Ulil saat memeriksa pasien di Hospital Sultanah Nur Zahirah in Kuala Terengganu, Malaysia. Foto: the star Dari kiri ke kanan, Dokter Arif, Masri and Mohammed Ulil saat memeriksa pasien di Hospital Sultanah Nur Zahirah in Kuala Terengganu, Malaysia.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA TRENGGANU - Sebagian besar umat Islam selalu tepat waktu setiap harinya saat berbuka puasa selama Ramadhan. Berbeda dengan tiga dokter muda di Rumah Sakit Sultanah Nur Zahirah, Malaysia.

Dilansir dari The Star, Rabu (9/7), seorang dokter di Departemen Anestesi, Masri Ismail mengatakan seringkali ia berbuka puasa dengan meminum seteguk air putih saat sedang bertugas. Awalnya sulit baginya untuk beradaptasi, terutama di tahun pertama, namun seiring waktu dia bisa lebih menyesuaikan.

"Kami biasanya hanya membatalkan dan kemudian harus kembali praktik, harus terbiasa makan cepat juga. Karena kami tidak pernah tahu kapan kami akan dibutuhkan lagi," kata pria yang berusia 26 tahun tersebut.

Mohammed Ulil Amri (26) juga menuturkan pengalamannya pada saat ia di bagian kebidanan dan departemen ginekologi pada Ramadhan tahun lalu.

Ia berbuka puasa hanya dengan air biasa dan beberapa makanan ringan sebelum melanjutkan untuk menemui seorang wanita yang hendak melahirkan.

Sekarang, sambung Amri, ia bertugas di departemen darurat dan trauma. Ramadhan tahun ini pun tidak jauh berbeda dengan Ramadhan tahun lalu.

"Benar-benar buruk ketika ada kasus-kasus darurat seperti kecelakaan di jalan," ucapnya.

Mohamad Arif Mustapha (26) dari Kota Baru, mengatakan ia senang keluarga bisa mengerti pekerjaannya karena kakaknya juga menjadi seorang dokter. “Saya rindu tapi saya senang keluarga saya mengerti situasi saya,” kata dokter di departemen ortopedi itu.

Bungsu dari enam bersaudara itu mengatakan ia akan kembali ke kota asalnya, bahkan jika ia memiliki hari libur khusus berbuka puasa dengan keluarganya.

Mereka mengaku tidak merasa sedih dan menyesal bila harus tetap bekerja di saat bulan Ramadhan atau hari raya. Menurut mereka, pekerjaan seorang dokter adalah pekerjaan yang sangat istimewa karena mereka dibutuhkan banyak orang.

Lebaran tahun ini, merupakan lebaran ketiga yang mereka jalani dengan profesi sebagai dokter muda.