REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sari Satriati (21 tahun) merencanakan mudik pada Rabu (15/7) mendatang dari Pelabuhan Merak menuu Pelabuhan Bakauheni, Lampung.
Ia berangkat bersama kedua orang tua dan seorang adiknya.“Iya, kita memang setiap tahun mudik ke Lampung karena keluarga besar di sana. Pernah dua kali nggak bisa mudik, hampa banget rasanya,” ujar Sari, Kamis (9/7).
Menurut Sari, mudik sangat rawan kejahatan. Terutama terkait keamanan barang bawaan. Sehingga Sari sekeluarga bergantian menjaga barang bawaan ketika shalat ataupun ke toilet.
“Itu kan mudik padat banget, jadi barang bawaan jangan jauh-jauh dari kita, kalau bisa satu orang bawa satu tas,” ujar Sari bersemangat menjelaskan tips aman dengan barang bawaan.
Terkait harga tiket kapal yang terdiri dari kelas eksekutif, kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga, Sari menganjurkan calon penumpang tak memilih kelas ekonomi. Lantaran terlalu berisik, sesak, banyak pedagang berseliweran, dan asap rokok dimana-mana.
Baginya, kelas satu cukup nyaman karena tersedia tempat duduk dan hiburan seperti TV dan organ tunggal serta penyanyinya. Di kelas dua, penumpang duduk lesehan, bisa juga tidur-tiduran, dan ada hiburannya juga.
Alat keselamatan penumpang seperti pelampung disediakan untuk semua kelas, ekonomi maupun eksekutif. Sedangkan untuk perlengkapan kesehatan seperti obat-obatan khusus biasanya menjadi tanggung jawab masing-masing keluarga.
Proses dari antre tiket hingga naik kapal yang dijalani selama delapan jam membuat Sari punya cukup banyak waktu bercengkerama dengan sang adik. Jika bosan, ia cukup keluar dari kabin untuk melihat pemandangan laut.
Sari selalu bersyukur, meskipun melakukan perjalanan melelahkan, tapi dia dan keluarganya tidak sampai harus membatalkan puasa. Baginya, puasa sudah wajib jadi jika sudah niat, Sari percaya Allah pasti memberikan kekuatan tambahan untuk dia dan keluarga melakukan perjalanan mudik.