Berpuasa Sambil Wisata Kuliner

Rep: Nora Azizah/ Red: Indah Wulandari

Kamis 09 Jul 2015 14:24 WIB

Meidiana Kusuma Wardhani Foto: geretkoper.com Meidiana Kusuma Wardhani

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tahun lalu, pada pekan pertama Ramadhan, Meidiana Kusuma Wardhani melakukan trip singkat ke Bukittinggi, Sumatra Barat. Perjalanan itu ia akui terjadi tidak sengaja.

“Saya ikut mama untuk perjalanan bisnis ke sana," kata pemilik blog geretkoper.com ini.

Meidi tidak membuang kesempatan tersebut. Kebetulan, ia belum pernah bertandang ke provinsi yang terkenal dengan khazanah kulinernya. Meidi berlibur selama tiga hari dua malam dan berhasil mengunjungi beberapa tempat wisata di Bukittinggi, salah satunya Jam Gadang yang berada di pusat kota.

Meski dalam keadaan puasa, Meidi tetap menikmati perjalanannya. Meidi bahkan kuat menyusuri objek wisata Gua Jepang atau Lobang Japang. Wisatawan harus menapaki ratusan anak tangga untuk mencapai ujung gua.

Meidi senang berkunjung ke sana saat bulan puasa. Obyek wisata peninggalan masa penjajahan yang terletak di Ngarai Sianok yang merupakan salah satu obyek wisata terkenal di dunia itu sepi pengunjung. Tetapi, jam berkunjung ke lokasi wisata dibatasi.

“Waktu tutup kediaman Bung Hatta, contohnya, maju sekitar dua jam,” kata perempuan berusia 25 tahun ini.

Meidi tidak merasa kesulitan menjalankan aktivitas puasanya di Bukittinggi. Apalagi, warga setempat terkenal religius. Semua terlihat dari rumah makan atau restoran yang tutup total pada siang hari. Aktivitas restoran kembali normal menjelang waktu berbuka.

Demikian pula ketika Meidi ingin bersantap sahur. "Alhamdulillah, hotel tempat saya menginap menyediakan makan sahur sebagai pengganti sarapan pagi," ungkap pegawai swasta ini. Hotel tempatnya menginap sudah menyediakan makan sahur, mulai dari pukul 03.00 untuk para tamunya.

Puasa sambil berwisata menyimpan makna tersendiri bagi Meidi. Apalagi, ketika berburu makanan khas daerah untuk santapan buka puasa.

"Suasana puasanya beda dengan daerah tempat tinggal saya, terutama pengalaman berburu takjil,” tutur Meidi yang selalu sibuk memilih makanan daerah baru tiap kali berbuka.

Meidi masih ingat legitnya bika khas Bukittinggi yang ia coba sebagai camilan untuk berbuka. Penjual bika baru membuka tokonya pada pukul 17.00 WIB. Bika yang baru saja dibakar masih mengeluarkan kepulan asap saat berada di tangan pembeli.

Rasa bika yang manis menggoda dan memiliki tekstur empuk sehingga cocok menjadi sajian berbuka.

Meidi tak merasa keseruan berliburnya berkurang meski berpuasa. Keharusan menahan rasa lapar dan haus tidak memengaruhi kesanggupan fisiknya untuk menyusuri tempat-tempat wisata. Terlebih, lingkungan sekitar juga mendukung untuk beribadah.

Dari pengalamannya, Meidi berkesimpulan wisata di Indonesia saat Ramadhan tidak menyulitkan. Makanan untuk sahur dan berbuka mudah untuk didapatkan. Rumah ibadah pun bertebaran di sana-sini sehingga shalat lima waktu dan tarawih pun tetap bisa ditegakkan.

"Pilih daerah yang memang mayoritas penduduknya Muslim kalau ingin liburan saat berpuasa," kata Meidi menyarankan.