Memburu Pahala pada Malam Lailatul Qadar

Rep: Rizky Surya/ Red: Damanhuri Zuhri

Kamis 09 Jul 2015 14:03 WIB

Menyambut malam lailatul qadar. Foto: Republika/Raisan Al Farisi Menyambut malam lailatul qadar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Ramadhan sudah memasuki sepuluh hari terakhir. Ini adalah waktu dan momentum yang sangat spesial bagi umat Islam. Pasalnya pada sepuluh hari terakhir ini, lailatul qadar akan turun ke dunia membawa pelbagai macam keutamaan bagi alam semesta.

Menurut ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin, Lailatul qadar penuh dengan keutamaan. “Suatu malam di bulan Ramadhan yang ada keberkahan luar biasa sehingga kalau orang beribadah di malam itu lebih baik dari seribu bulan,” ujarnya kepada Republika.

Menurut sebuah Hadis yang diriwayatkan dari Siti Aisyah ra, lailatul qadar akan turun pada 10 hari terakhir dari bulan puasa, terutama di malam-malam ganjil seperti malam tanggal 21,23, 25, 27, dan 29.

Hal tersebut turut diiyakan Kiai Ma’ruf. ”Masih misteri, tapi kemungkinan ada di tanggal ganjil menurut riwayat yang menjelaskan,” jelasnya.

Sehingga sejauh ini tidak ada satu riwayat pun yang memastikan kapan dan bagaimana lailatul qadar itu terjadi. Sedangkan pertanda dari malam penuh keutamaan ini yang bisa dipastikan seperti keadaan langit yang cerah dan dunia yang tenang.

 

Untuk menyambut malam yang sangat istimewa ini, segenap kaum muslimin senantiasa melakukan kebaikan, utamanya di malam hari. Seperti kebaikan yang bersifat ritual ibadah seperti salat sunah, berdoa dan membaca Alquran.

Selain itu, melakukan iktikaf di dalam masjid ataupun yang bersifat sosial seperti bersedekah pada malam- malam ganjil, menyantuni mereka yang miskin. ”Kita harus beribadah, itikaf, berzikir, membaca Alquran, pokoknya ibadahlah,” lanjut Kiai Ma’ruf.

Menurutnya, spesialnya Ramadhan tidak hanya menjadi bulan turunnya alquran tapi ada lailatul qadar. Ia mengingatkan bagi umat Muslim memang tidaklah mudah mendapatkan pahala lailatul qadar. “Tapi memang sulit, yang beribadah itu pun belum tentu dapat,” terangnya. 

Namun ia mengimbau agar umat muslim selalu beribada di sepuluh malam terakhir agar tidak kelewatan malam lailatul qadar.” Tapi karena Allah tidak memberitahu kapannya, ya jadi jangan berhenti beribadah di 10 akhir ramadhan,” imbaunya.

Sehingga ia merasa wajar saja jika masjid menjadi semakin ramai di sepuluh malam terakhir ramadhan karena umat Muslim memburu pahala lailatul qadar.

Terpopuler