REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Idul Fitri sejatinya menjadi hari yang paling bahagia bagi setiap umat Muslim, ketika mereka bisa berkumpul bersama keluarga, teman serta kerabat.
Coba sejenak bayangkan ketika tidak dapat memenuhi impian sederhana karena ada sesuatu yang lebih penting untuk dibeli, semisal makanan, minuman dan kebutuhan primer lainnya. Mungkin itulah apa yang dirasakan orang-orang fakir, miskin, yatim piatu atau orang-orang jompo.
“Makanya diwajibkan bayar zakat fitrah agar tidak ada satu orang pun yang kelaparan pada saat Idul Fitri. Berdosa lho seluruh manusia jika ada satu saja orang miskin yang lapar hari itu,” kata Wakil Sekretaris Jendral Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain kepada Republika, Rabu (8/7).
Mengeluarkan zakat fitrah bertujuan untuk menyucikan harta yang kita punya. Tapi lebih dari itu, ada esensi dan manfaat yang bisa diperoleh dari zakat fitrah. Di antara esensi tersebut adalah berbagi dan memberi kebahagiaan bagi orang yang kurang mampu.
Zakat fitrah juga menjalin tali kasih sayang dan persaudaraan diantara umat manusia. Selain itu, kita juga akan tersadar segala apa yang kita miliki adalah semata pemberian Allah yang di dalamnya ada hak-hak kaum fakir-miskin dan orang-orang yang kurang mampu.
“Nabi sangat memperhatikan orang-orang miskin. Bahkan, pernah suatu hari Nabi SAW memandikan anak yatim dan memberinya pakaian baru. Beliau juga memberikan makanan sampai anak itu kenyang kemudian nabi mengatakan aku adalah bapakmu,” ujar Tengku.
Tengku melanjutkan, anak tersebut ke luar dari rumah nabi dengan pakaian baru dan dalam keadaan kenyang sambil berteriak kegirangan. "Hai kawan kawan Aku punya baju baru dan bapak baru. Bapak ku adalah Nabi Muhammad SAW junjungan kita."
Zakat Fitrah diharapkan dapat menumbuhkan rasa empati terhadap sesama setelah setahun disibukkan dengan berbagai aktivitas dan pekerjaan sehingga kita kurang peka dalam memperhatikan orang-orang di sekeliling kita yang keadaannya tidak seberuntung kita. Kepedulian terhadap sesama yang lainnya bisa ditunjukan dengan berbagi maaf lebaran.
Sebagaimana kita disunatkan bersilaturahim dan Saling memaafkan pada tanggal 1 syawal. Menurut Tengku, tradisi yang telah berlangsung di Indonesia selama ratusan tahun tersebut adalah tradisi yang perlu dijaga.
“Saling kunjung-mengunjungi sesama kaum muslimin, famili dan handai tolan.Tradisi ini bagus dilanjutkan karena tidak bertentangan dengan ajaran Islam malah sesuai dengan ajaran Nabi kita,” tambah Tengku.