REPUBLIKA.CO.ID, Bagi putra putri pasangan Dr Murniati Mukhlisin-Luqyan Tamanni yang tengah menuntut ilmu di Kerajaan Inggris menjalankan ibadah puasa saat musim panas dewasa ini sebenarnya bukanlah hal yang sulit.
"Tahun ini kali ketiga anak-anak kami menjalankan ibadah puasa yang waktunya cukup panjang, sekitar 19 jam," ujar Dr Murniati Mukhlisin, M.Acc, dosen STEI Tazkia/Konsultan Sakinah Finance, Rabu (8/7), sehubungan dengan lamanya waktu menunggu berbuka puasa di Inggris.
Dikatakannya Ramadhan tahun ini jatuh pada musim panas yang artinya matahari bersinar lebih lama dari tiga musim lainnya. Menurut dosen di Essex University, Colchester sebagai umat Islam waktu berpuasa harus berpijak kepada ayat dalam Al Quran yang menyebutkan "...dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam..." yang ada dalam surat Al Baqarah: 187.
Anggota Keluarga Islam Britania Raya (Kibar) itu mengatakan warga Indonesia yang baru merasakan pengalaman pertama musim panas tentunya luar biasa adaptasi terhadap waktu dan keadaan yang lain dari yang biasa mereka dapati di Indonesia.
Konsultan Sakinah Finance/Anggota Kibar United Kingdom itu menyebutkan bagi warga Indonesia yang baru merasakan pengalaman pertama musim panas itu harus mampu berjuang untuk beradaptasi dengan waktu yang lebih paanjang, selain keadaan yang berbeda dibanding di Indonesia.
Munurut Murniati Mukhlisin, bagi putra putri mereka pada Ramadhan ketiga di Kota Glasgow, Inggris, Layyin (15), Hayyan (13) dan Rayyan (11) merasa puasa di United Kingdom serta tarawih di masjid tengah malam adalah satu aktivitas yang menyenangkan.