Iktikaf Juz’i Bagi Mereka yang Sibuk Kerja

Rep: c93/ Red: Damanhuri Zuhri

Selasa 07 Jul 2015 15:24 WIB

Suasana iktikaf di Masjid At-Tin. Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang Suasana iktikaf di Masjid At-Tin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah Prof Dr Yunahar Ilyas mengatakan, kesempurnaan iktikaf di 10 hari terakhir bulan Ramadhan adalah iktikaf sepenuhnya. Tetapi, bagi mereka yang tidak bisa melaksanakan iktikaf sempurna, bisa juga melaksanakan iktikaf juz'i atau parsial saja.

 

“Ya, mungkin bagi yang siangnya sibuk, bisa iktikaf di malam hari atau mungkin juga ada yang bisa beriktikaf sore hari ya silakan saja. Hanya saja, tentu berbeda pahalanya dengan iktikaf yang penuh selama 10 hari,” kata Yunahar kepada Republika, Selasa (7/7).

 

Sekretaris Bidang Dakwah Dewan Mesjid Indonesia  (DMI) Ahmad Yani juga mengatakan, memang benar selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan Rasulullah SAW selalu berada di mesjid. Begitu pun umatnya, jika ingin mencapai kesempurnaan, jalankanlah iktikaf layaknya yang dicontohkan Rasulullah SAW.

 

“Tapi itu hanya bagi yang memungkinkan. Bagi yang tidak memungkinkan karena sibuk, ya sebisanya saja, yang penting frekuensi berada di masjid lebih tinggi dari hari-hari biasanya,” kata Ahmad.

 

Seperti diketahui, iktikaf secara bahasa berarti menetap pada sesuatu. Sedangkan secara syari, iktikaf berarti menetap di masjid dengan tata cara yang khusus disertai dengan niat.

Seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW, pada 10 hari terakhir beliau selalu berada dalam masjid dengan tujuan mendapatkan malam lailatul qadar dan menjauhkan dari segala kesibukan dunia, sehingga mudah bermunajat dengan Allah SWT.

 

Terpopuler