REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Bidang Dakwah Dewan Masjid Indonesia (DMI) Ahmad Yani mengatakan, banyak amalan yang bisa dilakukan saat melaksanakan itikaf.
Menurutnya, itikaf bisa saja diisi dengan melaksanakan shalat-shalat sunah seperti Shalat Tahajud, Shalat Tasbih, Shalat Mutlak dan lain sebagainya.
Itikaf juga bisa diisi dengan muhasabah atau melakukan introspeksi diri. Sehingga, kita bisa merenungi segala sesuatu yang telah kita perbuat selama hidup di dunia ini. Dengan begitu, kita bisa menakar sejauh mana perbuatan baik dan buruk yang telah dilakukan.
“Renungan tentang perjalanan hidup, jadi plus-minusnya apa? Yang baik, ya ditingkatkan yang buruk ditinggalkan. Jadi pas Iedul Fitri bisa meraih kebaikan,” kata dia kepada Republika, Selasa (7/7).
Ahmad melanjutkan, itikaf juga bisa dijadikan awalan untuk melaksanakan taubatan nasuha, sebab setelah melaksanakan muhasabah, kita akan lebih menyadari dosa-dosa yang telah dilakukan. Meski sebenarnya untuk melaksanakan taubat tidak harus menunggu itikaf terlebih dahulu.
Seperti diketahui, itikaf secara bahasa berarti menetap pada sesuatu. Sedangkan secara syari, itikaf berarti menetap di masjid dengan tata cara yang khusus disertai dengan niat.
Seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW, pada sepuluh hari terakhir beliau selalu berada dalam mesjid dengan tujuan mendapatkan malam lailatul qadar dan menjauhkan dari segala kesibukan dunia, sehingga mudah bermunajat dengan Allah SWT.