REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Hanya 15 menit waktu yang tersisa sebelum waktu berbuka puasa. Saat matahari pun sudah mulai kembali ke peraduannya, sekelompok pemuda tampak sibuk membagikan keranjang makanan dan botol air minum kepada orang yang melintas baik di persimpangan jalan, stasiun bus ataupun rumah sakit.
Selama bulan puasa, dengan terorganisir para pemuda tersebut membagikan makanan dan minuman untuk mereka yang akan membatalkan puasa saat azan maghrib berkumandang.
"Ini bukan hal baru. Konsep berbagi kami bahkan setua masyarakat Sudan itu sendiri. Memberi adalah pembersihan jiwa seseorang, meskipun ini hanya segelintir kurma dan sebotol air saja. Bukan apa-apa," kata Anggota Wosool, sebuah organisasi pemuda untuk amal dan pendidikan di Sudan, Mohammed Akood, dilansir dari Aljazirah, Selasa (7/7).
Akood berkata, selama Ramadhan Wosool menjadikannya sebagai bulan untuk berbagi keberkahan dengan mengadakan kegiatan amal yang melibatkan masyarakat salah satunya membagikan makanan saat berbuka puasa. Di luar Ramadhan, sambung dia, Wosool berpusat pada penyediaan dukungan pendidikan bagi anak-anak sekolah.
Ahmed Haroun, relawan Wosool lainnya bahkan memiliki program berbagi lainnya dengan mengumpulkan sumbangan dana dari para donatur. Ia bersama kawan-kawan dari Wosool juga membantu warga Sudan yang tak memiliki akses ke rumah sakit karena keterbatasan biaya. Dalam sehari, ia melayani sekitar 10 orang yang membutuhkan.
"Sumbangan dana ini untuk membantu saudara-saudara di Sudan yang seringkali tak memiliki akses ke sarana kesehatan," kata Haroun.
Rabie Abd Alaatie, anggota Kongres Partai Nasional yang berkuasa (NCP), percaya bahwa berbagi dalam bentuk modern merupakan bagian tradisi panjang Ramadan yang memiliki pesan saling berbagi. "Ini merupakan kelanjutan dari tata cara yang ditempatkan oleh nenek moyang kita," kata Alaatie.
Menurutnya inisiatif melayani merupakan salah satu cara menghilangkan suatu kesenjangan sosial. Menurut analis politik Osman Mudawi, pekerjaan semacam ini dapat mengimbangi upaya lain yang, meskipun lebih formal, tersandung hambatan inefisiensi atau bahkan korupsi.
Di Sudan, Ramadhan ditandai oleh bau hilomur, minuman tradisional Sudan dengan aroma khas yang mengisi rongga paru-paru masyarakat dengan semangat beramal dan berbagi Ramadhan. Tradisi lainnya adalah pertemuaan-pertemuan besar keluarga dan masyarakat yang seringkali menghamburkan biaya hanya untuk makanan.
Kadang, masyarakat yang tak ingin menghamburkan biaya atau makanan meminta organisasi pemuda Wosool untuk membantu agar apa yang mereka keluarkan bisa bermanfaat bagi orang lain. Salah satunya dengan berbagi makanan atau berkah Ramadan lainnya dengan masyarakat yang kurang beruntung melalui teknologi informasi yang digunakan Wosool untuk membantu sesama.