Mudik, Sinergi Ajaran Agama dan Budaya

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Agung Sasongko

Selasa 07 Jul 2015 13:29 WIB

Kendaraan pemudik berjalan tersendat di Perempatan Maya, Jalur Pantura, Tegal, Jateng Foto: Antara Kendaraan pemudik berjalan tersendat di Perempatan Maya, Jalur Pantura, Tegal, Jateng

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisioner Bidang Pendidikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan,  secara sosiokultural mudik seolah menjadi keharusan. Secara etik dan religiusitas, mudik menjadi wujud bakti anak kepada orang tua.

"Mudik merupakan bentuk sinergi antara ajaran agama dengan budaya atau tradisi masyarakat Indonesia. Ini merupakan tradisi yang mengakar secara kuat," kata Susanto, Rabu, (7/7).

Sementara dalam pandangan agama berbagai tradisi dalam mudik diyakini memiliki landasan. Makanya makna mudik sebenarnya tak hanya sebagai kebiasaan pulang kampung melainkan erat kaitannya dengan berbagai sifat dan dimensi kehidupan manusia.

Mudik juga memiliki dampak, misalnya  kecelakaan. Data Operasi Ketupat 2014 Polri mencatat jumlah kecelakaan lalu lintas dalam arus mudik dan arus balik Lebaran 2014 yang mencapai 3.057 kasus diantara korbannya anak dan bayi. Kecelakaan yang tercatat dalam Operasi Ketupat selama 22 Juli 2014 hingga 6 Agustus 2014 sebanyak 3.057 kasus.

Mengingat angka kecelakaan tinggi, maka akifitas mudik Tahun 2015, perlu mewujudkan mudik yang ramah anak. Mudik ramah anak antara lain, tidak membawa anak mudik dengan sepeda motor.

Terpopuler