MUI: 10 Hari Terakhir, Perbanyak Ibadah Bukan Belanja

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko

Senin 06 Jul 2015 18:01 WIB

Suasana iktikaf di Masjid Agung At-Tin Foto: Uji Medianty/Klub Jurnalistik ROL Suasana iktikaf di Masjid Agung At-Tin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prof. Hasanuddin AF, Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Menurutnya,  kebiasaan yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia salah kaprah. Sepuluh hari terakhir Ramadhan seharusnya difokuskan pada peningkatan kualitas ukhrawi, bukan menonjolkan aspek duniawi.

“Lantaran sudah menjadi kebiasaan, seolah-olah tampak wajar. Sesuai dengan tuntunan Islam, harusnya diputar balik. Sepuluh malam terakhir digunakan untuk iktikaf dan memperbanyak ibadah,” kata Hasanuddin. Hal itu supaya manusia dalam hidup ini tidak terlalu cenderung pada urusan-urusan duniawi semata.

Menurutnya, mal-mal pada bulan Ramadhan justru lebih ramai dibandingkan hari-hari biasa lantaran salah kaprah. Tunjangan Hari Raya (THR) yang harusnya bisa ditabung, digunakan untuk berfoya-foya. Ini tidak sesuai dengan hakikat puasa, yaitu menahan diri dari hawa nafsu. Apalagi, Islam juga mengajarkan kesederhanaan, bukan bermewah-mewahan.

Setelah setahun sibuk dengan berbagai urusan duniawi, lanjut Hasanuddin, sepuluh malam terakhir itulah saat untuk introspeksi dan memikirkan kehidupan akhirat. Salah satunya, lewat itikaf di masjid.

Itikaf adalah berdiam diri di masjid, tidak melakukan aktivitas apapun kecuali tadabbur, dzikir, shalat sunnah, dan ibadah-ibadah lain. Ketua Komisi Fatwa MUI ini menambahkan, hakikat i’tikaf adalah muhasabah (introspeksi diri) untuk mendekatkan diri kepada Allah.

“Keutamaan sepuluh malam terakhir terletak pada malam lailatul qadr. Satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan,” kata Hasanuddin. Ia mengungkapkan, pahala yang dijanjikan Allah begitu berlipat ganda. Malaikat turun memberikan rahmat, ampunan, dan barokah kepada orang-orang yang menunaikan ibadah malam itu.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat. Rasulullah bersabda, beribadahlah kamu seolah mati esok hari, bekerjalah kamu seolah hidup seribu tahun lagi. Setelah sebelas bulan menyibukkan jiwa dengan urusan duniawi, jangan gadaikan sepuluh malam terakhir ini dengan kesibukan yang sama.

Terpopuler