REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Para buruh migran Indonesia (BMI) yang berada di penampungan sementara di Suriah menjalani ibadah bulan suci Ramadhan bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Damaskus dengan melakukan berbagai kegiatan, termasuk buka puasa bersama.
"Suasana bulan suci Ramadan menyelimuti Suriah, khususnya di Damaskus, tidak terkecuali suasana di penampungan sementara BMI di KBRI Damaskus," kata Duta Besar RI untuk Suriah, Djoko Harjanto dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Menurut Djoko, program Ramadhan merupakan bagian dari pembinaan bagi BMI di penampungan yang masih menunggu kasusnya diputuskan di pengadilan, atau KBRI masih mengupayakan mediasi dengan majikan.
Dia mengatakan, setiap hari selama bulan Ramadan sebanyak 70 BMI di "shelter" (penampungan sementara) di Damaskus sibuk melakukan berbagai aktivitas bersama, seperti memasak, pengajian, mengikuti kelas-kelas, hingga sholat tarawih berjamaah.
"KBRI Damaskus menyediakan semua keperluan bahan masakan untuk di 'shelter', kami memasak bergantian sesuai jadwal piket," ungkap dia.
Selain itu, kata djoko, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Suriah juga dilibatkan untuk mengisi kelas baca tulis Alquran, bahasa Inggris, dan Arab. "Setiap hari para mahasiswa secara bergantian mengajar para BMI dalam kelompok-kelompok kecil. Kegiatan ini diadakan bertepatan dengan liburan semester kampus, sehingga mahasiswa bisa secara penuh terlibat," ujar dia.
"Para staf KBRI setiap Minggu mengisi pengajian umum di tempat penampungan dengan materi fikih, hadits, tajwid, hingga persoalan seputar pernikahan," katanya.
Para BMI menjalani ibadah tarawih di lapangan bulu tangkis KBRI Damaskus dengan dimami oleh staf KBRI, dan ibadah tarawih dilanjutkan kultum singkat.
"Alhamdulillah, meskipun Suriah sedang perang, kami merasa lebih aman tinggal di 'shelter'. Kebutuhan tercukupi dan lebih tenang menjalani ibadah Ramadhan," ungkap Nuning, BMI asal Sukabumi yang bekerja selama empat tahun tanpa dibayar oleh majikannya di Suriah.
Dubes Djoko menyebutkan bahwa KBRI di Suriah memiliki tiga penampungan sementara, yaitu di daerah Damaskus, Lattakia, dan Allepo.
"Kami juga memiliki 'contact person' dan pengacara lokal di daerah-daerah dimaksud. Sebagaimana diketahui, wilayah tersebut merupakan wilayah konflik dimana sering terjadi baku tembak antara tentara pemerintah dan kelompok pemberontak," kata dia.
Dia menambahkan, misi utama KBRI Damaskus adalah perlindungan dan repatriasi WNI. Sejak krisis melanda Suriah pada 2011, KBRI Damaskus telah merepatriasi hampir seluruh WNI yang berada di Suriah.
Sekitar 7.500 orang WNI telah direpatriasi dari Suriah ke Indonesia.
"Tugas utama kami di Suriah adalah perlindungan warga. Dengan sekuat tenaga kami akan melindungi WNI meskipun di tengah kondisi perang di Suriah," ujar Dubes Djoko.
Dengan kondisi keamanan di Suriah yang semakin memburuk, pemerintah telah melakukan moratorium pengiriman tenaga kerja dan melakukan evakuasi terhadap seluruh WNI di Suriah sejak September 2011. Para tenaga kerja Indonesia yang dikirim pasca penerapan moratorium ditetapkan sebagai korban perdagangan manusia.