Keutamaan Iktikaf Ramadhan

Rep: c93/ Red: Agung Sasongko

Senin 06 Jul 2015 14:45 WIB

Suasana iktikaf di Masjid At-Tin. Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang Suasana iktikaf di Masjid At-Tin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setidaknya, ada dua alasan mengapa 10 hari terakhir di bulan Ramadhan ini patut menjadi perhatian dan peningkatan kualitas ibadah setiap Muslim. Karena merupakan bagian akhir dari bulan suci di mana amal perbuatan itu tergantung pada akhirnya, serta karena dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan di duga turunnya Lailatul Qadar.

 

“Memasuki 10 hari Ramadhan terakhir, Rasulullah SAW sungguh-sungguh beribadah dengan meninggalkan istri-istrinya. Beliau juga menghidupkan malam-malam tersebut dengan beribadah dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah,” kata ustadz Ahmad Satori Ismail kepada ROL, Senin (6/7).

 

Setiap Muslim juga mestinya bisa meningkatkan kekhusyuan dalam beritikaf. Sebab, itikaf di  malam-malam terakhir bulan Ramadhan hukumnya ditingkatkan menjadi sunnah muakkadah atau sunah yang sangat dianjurkan pengerjaannya.

 

“Itikaf di hari-hari biasa juga bisa, tetapi hukumnya sunnah saja. Khusus 10 malam terakhir di bulan Ramadhan, merupakan itikafnya Rasul jadi sangat dianjurkan,” kata pria yang juga menjabat Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia.

 

Satari melanjutkan, keutamaan lainnya adalah sesuai pendapat para ulama yang menyatakan bahwa Lailatul Qadar jatuh pada malam-malam di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Oleh sebab itu, mestinya orang berlomba-lomba meningkatkan ibadah agar bisa mencapai keutamaan malam seribu bulan tersebut.

Terpopuler