REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Untuk bisa membaca dan khatam Alquran braille, Agus Palsa butuh waktu satu tahun. Sekarang setelah fasih membaca Alquran braille, setiap bulan Ramadhan, Agus Palsa selalu mengkhatamkan Alquran braille.
Di Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Netra Palembang, para siswa SLB bukan dipersiapkan untuk menjadi hafizd atau penghafal Alquran. Menurut Hartini, para siswa SLB di PRPCN hanya diajari membaca Alquran braille.
“Diantara beberapa siswa di sini ada yang menjadi qori untuk kelompok cacat netra pada Musabaqah Tilawatil Quran, salah satunya Pak Agus yang pernah menjadi juara,” katanya.
Agus Palsa mengaku sudah mulai mengikuti MTQ sejak 2002 untuk kelompok tunanetra. Menurutnya MTQ yang diikutinya belum sampai tingkat nasional.
“Saya selalu ikut MTQ tingkat Kota Palembang dan MTQ tingkat Provinsi Sumatera Selatan mewakili Kota Palembang. Terakhir pada STQ atau Seleksi Tilawatil Quran 2013 tingkat provinsi saya menjadi juara III,” kenangnya.
Sementara itu Arso Sujang yang berasal dari Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yang lebih dulu tinggal di komplek PRPCN Palembang, mulai belajar membaca Alquran braille saat menjalani pendidikan SLB di Solo. Setelah selesai pendidikan SLB tingkat SMA, Arso pun kembali ke Palembang dan mengajar di PRPCN.
Menurut Arso, di Solo selain belajar membaca huruf braille dan pelajaran umum, ia juga belajar membaca Alquran braille. Dari kemampuannya membaca Alquran braille tersebut kemudian dirinya menjadi pengajar di PRPCN Palembang termasuk mengajar mengaji Alquran braille kepada para siswa SLB.
Di bulan Ramadhan ini, sama seperti Agus Palsa, Arso Sujang pun mengisi indahnya Ramadhan dengan selalu tadarus Alquran dan mengkhatamkan Alquran Braille di masjid yang ada di komplek PRPCN Palembang.