REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Agus Palsa, seorang tunanetra punya pengalaman menarik tentang membaca Alquran. Ia pernah membaca Alquran bersama orang awas. yakni orang yang dapat melihat dengan jelas ketika membaca Alquran.
“Saat kami membaca Alquran bersama, tiba-tiba lampu padam, orang awas berhenti membaca. Kami terus membaca Alquran sampai selesai satu surat saat lampu mulai menyala. Kami memiliki keunggulan, bisa tetap membaca Alquran walau listrik padam,” kata Agus Palsa sambil tertawa.
Pengalaman lainnya, menurut Agus, dulu Alquran braille yang ada di PRPCN bahannya terbuat dari plastik. “Jadi saat membaca karena selalu bersentuhan dengan tangan lembar Alqruan tersebut basah terkena keringat. Agar bisa teraba, sebelum membaca lembarnya disapu dengan bedak,” kenangnya.
Seiring kemajuan teknologi, Alquran braille yang terbuat dari plastik pun kini berganti kertas tebal. “Dengan Alquran yang terbuat dari kertas, sekarang kalau membacanya kami tidak perlu lagi bedak,” ujar Agus.
Seraya memperlihatkan Alquran braille, Agus Palsa menjelaskan Alquran braille tidak sama dengan Alquran biasa untuk orang awas. Alquran bagi orang yang normal untuk 30 juzz terhimpun dalam satu buku Alquran. Tapi untuk Alquran braille, satu juzz sama tebalnya dengan satu mushaf Alquran yang biasa dibaca orang normal.
Agus menyebutkan, Alquran braille untuk para penyandang tunanetra jauh lebih tebal dari Alquran yang biasa dibaca orang awas. Ia bersyukur, sekarang Alquran braille terbuat dari kertas.
''Kami juga bersyukur baru saja mendapat bantuan Alquran digital braille yang diberikan Imam Besar Madinah Syaikh Ali Saleh Muhammad Ali Jaber. Kami di sini dapat bantuan 200 Alquran digital braille,” ungkapnya penuh syukur.
Agus Palsa juga menceritakan pengalamannya, di PRPCN mereka hanya memberi pelajaran mengaji agar para siswa penyandang cacat netra bisa membaca Alquran. “Kami tidak mengajar siswa menjadi hafizd atau penghafal Alquran.”
Untuk menjadi pembaca Alquran dan penghafal Alquran bagi tunanetra metode pengajarannya berbeda. Untuk menjadi penghafal Alquran menurut Agus, cara belajarnya dengan mendengar secara berulang-ulang surat dalam Alquran.
“Caranya bisa dengan mendengarkan dari kaset atau sekarang Mp3 secara berulang-ulang. Bisa juga dengan handphone. Untuk menjadi penghafal Alquran tidak harus dengan belajar membaca Alquran braille lebih dulu,” ujarnya.
Dengan belajar membaca Alquran braille seorang penyandang cacat netra bisa memiliki kemampuan membaca Alquran dengan baik.
Juga ada beberapa orang dari siswa di SLB PRPCN yang menjadi qori dan mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) atau Seleksi Tilawatil Quran (STQ). Salah seorang dari qori tunanetra tersebut adalah Agus Palsa.