Muslim Kenya Diaspora Nikmati Puasa di Kampung Halamannya

Rep: c28/ Red: Agung Sasongko

Ahad 05 Jul 2015 16:21 WIB

Muslim Kenya saat beribadah di Masjid Jamia Nairobi pada bulan Ramadhan. Foto: biyokulule.com Muslim Kenya saat beribadah di Masjid Jamia Nairobi pada bulan Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Al-Yusra, sebuah restoran populer di pusat kota Nairobi. Di sana, tampak empat pemuda Muslim sedang menikmati berkumpul untuk menunaikan buka puasa Ramadhan.

Setelah mendengar adzan Maghrib, mereka bergegas menyantap hidangan khas Kenya. Keempat pemuda itu asal diaspora Kenya Muslim yang telah kembali ke negara asal.

Pada tahun ini permuda itu ingin menikmati menjalankan ibadah puasanya di kampong halaman. “Saya tinggal dan bekerja di Stockholm sebagai sopir truk,” kata Abbas Jamal, seperti yang dilansir Anadolu Agency, Rabu (01/7).

Abbas menghindari puasa panjang dan musim panas di tempat rantaunya Swedia. “Tahun ini, saya memilih untuk berpuasa di Kenya untuk menghindari panjang jam puasa dan musim panas cuaca Swedia.” Jelasnya.

“Beban di sini (Kenya), cuaca sejuk dan jam puasa tidak terlalu panjang, selama tahun ini,” tambahnya.

Senada dengan Abbas, tiga temannya pun menyatakan hal serupa yang juga sebagai perantau di negeri orang.  “Saya lebih memilih untuk berpuasa di Kenya, di mana keluarga dan teman berkumpul”  kata Suleiman Mabruki, (27 tahun) yang merantau di Norwegia.

“Bagi saya, Ramadhan ialah bulan seperti liburan ( istirahat) dari keramaian dan hiruk pikuk kehidupan Barat,” tambah Mabruki, yang juga membawa istri dan dua anak.

Tahun ini, negara-negara Barat mengalami jam puasa Ramadhan yang panjang. Di Lulea, misalnya, sebuah kota di utara Swedia, Muslim memiliki kurang dari satu jam waktu istirahat cepat.

“Di Denmark, kami hanya memiliki tiga jam di mana untuk makan dan minum. Itu tidak cukup untuk beristirahat, “ kata Jamal Hassan, yang merantau di Denmark.

 

Terpopuler