Mengapa Ramadhan Lebih Boros dari Biasanya?

Rep: c93/ Red: Agung Sasongko

Ahad 05 Jul 2015 16:01 WIB

Sifat boros (ilustrasi) Foto: AP Sifat boros (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tanpa makan dan minum di siang hari, sejatinya bulan Ramadhan bisa lebih hemat dari bulan-bulan lainnya bagi umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa. Tetapi nyatanya, yang terjadi malah sebaliknya. Pengeluaran saat Ramadhan bisa meningkat 50 persen-100 persen.

 

Sosiolog Musni Umar mengatakan, meningkatnya pengeluaran tersebut tak lepas dari kekhawatiran tidak bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan jika makanan yang disantap seadanya saja. Sehingga, para ibu rumah tangga menyediakan hidangan yang lebih bergizi saat buka dan makan Sahur.

 

“Memang kita tidak makan saat siang hari. Tetapi, saat buka dan sahur biasanya menu makanan yang disediakan di luar kebiasaan atau lebih enak dan lebih bergizi. Itu lah kenapa bisa lebih boros,” kata dia kepada Republika, Ahad (5/7).

 

Musni melanjutkan, alasan lainnya adalah dorongan untuk berbelanja, terutama  bagi kaum hawa yang meningkat, terlebih menjelang hari raya Iedul Fitri. Sehingga tak jarang mereka berbelanja tak lagi sesuai kebutuhan, melainkan sesuai dengan keinginan. Sementara, keinginan seseorang tidak ada batasnya.

 

“Belanja keperluan Ramadhan biasanya bukan lagi sesuai kebutuhan, tapi lebih ke sesuai keinginan. Terutama ibu-ibu, ketika pergi ke mall atau super market gak bisa liat diskon dikit. Ngantri berjam-jam pun gak masalah,” ucap pria yang juga menjabat Wakil Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta.

 

Terpopuler