Godaan Diskon di Bulan Suci, Bagaimana Menghadapinya?

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko

Ahad 05 Jul 2015 14:11 WIB

Berburu diskon (ilustrasi). Foto: Republika/Prayogi Berburu diskon (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan suci Ramadhan melewati masa pertengahan. Saat itulah, jajaran pertokoan melambaikan penuh goda iklan sale dan diskon. Dalihnya, ajang promosi untuk kesempatan atau persiapan hari raya. Inilah wajah lain Ramadhan di negeri ini.

“Memang ini fenomena yang biasa terjadi di tengah umat Islam pada bulan Ramadhan. Apalagi menjelang Idul Fitri,” kata Syafrudin Anhar, Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah kepada ROL, Ahad (5/7).

Kebijakan pemerintah dan perusahaan swasta untuk memberi gaji ketiga belas alias THR dinilainya turut meningkatkan jumlah konsumsi masyarakat. Menurut Syafruddin, sudah menjadi kodrat manusia bahwa peningkatan pendapatan selalu diiringi keinginan menambah tingkat konsumsi. Alih-alih ditabung, THR biasanya dihabiskan untuk keperluan hari raya.

Syafrudin mengungkapkan, kebijakan ini seharusnya dilihat dalam perspektif pemerataan kesejahteraan, bukan untuk menambah tingkat konsumsi. Masyarakat tidak perlu berlebih-lebihan dengan membeli kebutuhan yang tidak perlu. Syafrudin mengatakan, hal ini berkaitan dengan hakikat Ramadhan sebagai bulan pengendalian diri.

Menurutnya, Ramadhan adalah bulan yang mengajarkan Muslim untuk menahan hawa nafsu dan banyak beribadah. Tujuannya, menjadi manusia yang bertaqwa. Kemampuan untuk menahan diri dan tidak berlebih-lebihan merupakan salah satu tanda orang yang bertaqwa. Ia pun menyitir surah Al Isra ayat 27, sesungguhnya pemboros atau orang yang berlebih-lebihan itu saudara setan.

Menurut Syafrudin, hemat dalam konteks Islam haruslah berdimensi akhirat. “Islam sangat menganjurkan hemat bukan saja dalam aspek finansial, tetapi juga untuk bekal kehidupan di akhirat,” kata dia.

 

Terpopuler