Syuhada Bahri Ingin Dapatkan Lailatul Qadar

Rep: c25/ Red: Agung Sasongko

Ahad 05 Jul 2015 11:01 WIB

Malam Lailatul Qadar (Ilustrasi). Malam Lailatul Qadar (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Tidak ada persiapan khusus yang dilakukan Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Hanya saja, ia ingin memikirkan nasib umat di masa yang akan datang, khususnya Indonesia yang sedang menghadapi pasar bebas di Asia.

Sayangnya, ia merasa kalau masyarakat Indonesia tidak pernah berpikir dan memberikan perhatian khusus tentang hal ini. Golongan orang-orang pembenci Islam yang bekerja sistemik. Selanjutnya, umat Islam di Indonesia lebih banyak terlibat pergesekan dengan sesama umat Muslim hanya karena kesalahpahaman atau ketidakpahaman.

Ia juga menyesalkan sikap pemerintah yang dinilai tidak berfikir subtansial, serta merusak ekonomi jangka panjang.

Syuhada yang sejak tahun 1995, memiliki kebiasaan untuk menghabiskan 10 malam terakhir di tanah suci Makkah untuk beritikaf, juga menyayangkan sikap umat Muslim di Indonesia. Kondisi tersebut berbanding terbalik, dengan umat Muslim yang ada di tanah suci. Di sana, ia melihat umat Islam di Makkah semakin bergairah ketika menjelang akhir Ramadhan.

Pria yang sudah memiliki 12 anak, dua menantu dan tiga cucu ini, juga menceritakan suasana yang seakan semua ayat yang dibaca imam di Makkah meresap ke hatinya. Suasana tanah suci yang ia rasakan pada malam-malam terakhir Ramadhan.

“Yang pasti saya ingin sekali mendapatkan lailatul qadar, itu yang selalu menjadi target,” tuturnya.

Lulusan Institut Islam Siliwangi Bandung dan King Saud University Saudi Arabia ini, juga menyampaikan harapannya kepada umat muslim di Indonesia, agar benar-benar menjadikan Ramadhan sebagai bulan latihan, untuk meningkatkan kualitas iman menuju puncak keimanan. Baginya, orang yang benar-benar niat untuk puasa, sebesar apapun godaan untuk membatalkannya akan dengan mudah ditolak.

Ia juga berpesan agar umat Muslim di Indonesia, mengikuti ajaran Rasulullah SAW, untuk menumbuhkan rasa kepedulian kita akan sesama. Salah satunya dengan memberikan hidangan berbuka kepada orang yang berpuasa.

Semua itu, menurut Syuhada, adalah sebagian cara agar seorang manusia senantiasa diperhatikan oleh Allah SWT, sekaligus, menjadi bekal dalam menjalani kehidupan yang akan datang.  “Ini sengaja dibangun Allah, supaya kita mendapatkan ihsan dan itsar, sebagai bekal sebelas bulan yang akan datang,” pungkasnya.

Terpopuler