REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Malam 17 Ramadhan, sejarah umat manusia berubah. Sebuah pedoman hidup baru yang mengatur peri kehidupan manusia diturunkan Allah kepada hamba-Nya yang terpilih dari Jazirah Arabia. Itulah revolusi umat manusia yang paling dahsyat sepanjang masa.
“Turunnya Alquran pada Nabi Muhammad sangat berdampak pada sejarah kemanusiaan. Setelah turunnya Alquran, timbul revolusi-revolusi, baik dari segi aqidah, akhlak, hukum, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya,” ungkap Pakar Alquran, KH. Ahsin Sakho Muhammad, kepada ROL, Jumat (3/7).
Rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ) ini pun menjelaskan tahapan-tahapan diturunkannya Alquran. Pertama, terminal pertama Alquran berada di Lauhul Mahfudz. Semua rahasia Allah tentang penciptaan ada di sana. Dari Lauhul Mahfudz, Alquran kemudian diturunkan ke langit dunia atau Baytul Izzah. Itulah terminal kedua.
Setelah itu, barulah Alquran diturunkan secara berangsur-angsur kepada nabi Muhammad lewat malaikat Jibril. Ahsin mengungkapkan, para ulama berbeda pendapat tentang masalah tanggal. Ada yang mengatakan tanggal 17 Ramadhan, ada pula yang mengatakan 24 Ramadhan.
Menurut Ahsin, pendapat paling masyhur mengatakan tanggal 17 Ramadhan. Namun, tambahnya, itu bukan suatu hal yang esensial dan tidak akan mengurangi bobot nuzulul Quran. Tidak masalah seandainya orang mengambil salah satu pendapat tersebut.
Ia menyatakan, apa yang dilakukan Rasulullah pada malam nuzulul Quran, sama seperti malam-malam Ramadhan lain. Peringatan-peringatan yang dilakukan oleh umat Islam di Nusantara merupakan salah satu cara untuk memaknai nuzulul Quran.
Ia mengisahkan, ada Muslim yang memaknai nuzulul Quran dengan shalat sunnah berjamaah, kemudian membaca ayat-ayat sajadah. Mereka sujud tilawah bersama-sama. Ada pula yang meramaikan dengan membaca Alquran bersama-sama di masjid atau tadarusan.