REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Mesjid Indonesia (DMI) Natsir Zubaidi mengatakan, Ramadhan oleh para Ulama disebut sebagai 'Syahrul Ibadah (Ibadah), Syahrul ghufron (pengampunan), dan Syahrul syahsyiah (latihan). Sementara itu, ibadah piasa Ramadhan bagi umat Islam memiliki arti yang lebih khusus karena berbeda dengan ibadah laonnya seperti shalat, zakat dan haji yang lebih nampak dan secara kasat mata bisa dilihat.
Ibadah puasa lebih pada nilai spiritualitas yang bersifat ruhiyyah walau sebenarnya semua Ibadah kita memiliki nilai-nilai spiritualitas. Tapi, dalam puasa kita bisa mengaku kepada anak kita, isteri kita, atasan kita atau anak buah bahwa kita berpuasa, meski sebenarnya tidak puasa.
"Di situ lah makna dan dampak puasa yang dapat menebalkan keikhlasan, kejujuran dan komitmen keimanan kita kepada Allah SWT," kata dia kepada ROL, Selasa (30/6).
Natsir menambahkan, oleh sebab itu, kewajiban puasa hanya diperintahkan kepada orang-orang pilihan, yakni orang yang memiliki predikat beriman. Sehinga, setelah melalui masa ujian dan latihan melalui sebulan menjalankan ibadah puasa, diharapkan kita menjadi orang yanh bertaqwa (orang yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah).
"Kejujuran dan keikhlasan tadi sudah tentu hanya dalam rangka mencari ridlo Allah," tambah Natsir.