REPUBLIKA.CO.ID,DUBAI -- Kalangan ekspatriat di Dubai ikut merasakan sensasi berpuasa Ramadhan pula.
Seperti yang dirasakan ekpsatriat non-Muslim asal Jerman Sonja Neuber. Penganut Kristen ini ikut bangun sekitar pukul 03.00 dan sahur. Menu andalannya, yakni susu kedelai, jus gandum atau kopi dan roti bakar. Setelah tidur beberapa jam, ia siap berangkat normal di pagi hari.
“Saya memutuskan ikut berpuasa karena saya menyukai kultur Islam. Sejak tahun lalu saya mencoba berpuasa Ramadhan. Lalu, puasa Senin-Kamis, lama kelamaan saya terbiasa menjalaninya sembari bekerja,” cetus Neuber pada ibtimes, Kamis (2/7).
Hal serupa dirasakan seorang pelajar dari Inggris, Dale. Setelah melihat puasa sebagai kultur di Dubai, ia kemudian menemukan aura kebaikan setelah mencoba berpuasa Ramadhan juga. Selain itu, ia merasakan rasa kebersamaan yang kental selama Ramadhan.
“Saya merasakan kemampuan untuk menolak godaan ingin makan dan minum sebagai hal yang fantastis. Ada rasa saling menghormati keyakinan antaragama,” jelas Dale.
Pelaksanaan puasa Ramadhan yang bersamaan dengan musim panas ternyata tak menyurutkan para ekspatriat non-Muslim tadi untuk berpuasa.
“Saat mencoba berpuasa sebelum Ramadhan, kepala saya terasa pusing, tapi saya berhasil melaluinya,” jelas Neuber.
Neuber pun berbagi kesuksesan berpuasanya. Menurutnya, mengatur penggunaan energi tubuh serta menjaga perkataan menjadi kunci sukses melampaui waktu hingga berbuka puasa.