Ramadhan Bukan Bulan Tidur

Rep: C38/ Red: Ani Nursalikah

Kamis 02 Jul 2015 14:36 WIB

 Pesantren Ramadhan. Pelajar mengikuti pesantren ramadhan di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, Rabu (1/7).  (Republika/Wihdan) Foto: Republika/ Wihdan Pesantren Ramadhan. Pelajar mengikuti pesantren ramadhan di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, Rabu (1/7). (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ramadhan bulan istimewa. Ramadhan bulan penuh kemuliaan. Momentum ini harus dimanfaatkan, bukan malah disia-siakan. Puasa mestinya tidak menjadi alasan untuk mengurangi kualitas hidup selama Ramadhan.

“Ramadhan bulan yang istimewa. Orang yang berpuasa di bulan Ramadhan menjalin konektivitas langsung dengan Allah,” kata Sekretaris Jenderal PBNU, Marsudi Syuhud, kepada Republika, Kamis (2/6).

Lantaran Ramadhan waktu yang istimewa, ini tidak boleh disia-siakan. Kiai Marsudi menjelaskan, itulah titik tolak yang harus dipahami. Waktu yang diistimewakan dalam setahun ada empat bulan, salah satunya Ramadhan.

Saking istimewanya bulan Ramadhan, kata Kiai Marsudi, Allah menjadikan puasa semata-mata untuk-Nya. Allah yang akan mengganti langsung pahala puasa seorang hamba. Tidak hanya itu, Rasul bersabda, tidurnya orang berpuasa pun dinilai pahala.

Sayangnya, sebagian masyarakat menjadikan hadits tersebut pembenaran untuk mengurangi produktivitas di bulan Ramadhan. Kiai Marsudi menjelaskan, hadits tersebut perlu dimaknai secara tepat.

Hadits tersebut tidak menyuruh orang untuk terus-menerus tidur saat puasa, lantaran mentang-mentang berpahala. Mafhum mukholafah-nya, menurut Kiai Marsudi, tidur saja berpahala apalagi tidak tidur.

Seorang Muslim yang memaksimalkan waktu untuk tidak melulu tidur selama Ramadhan, tentu pahalanya lebih berlipat ganda. Sekjen PBNU ini memberi catatan, tidak tidur itu dalam pengertian melakukan amal shalih atau kebaikan. Misalnya, membaca Alquran, sedekah, sholat, bekerja, dan aktivitas lain yang bernilai ibadah.

Karena itu, menurut Kiai Marsudi, hadits tersebut sebenarnya dorongan agar orang lebih produktif selama Ramadhan. “Kita tidak lagi memikirkan harus nyiapin kopi, teh manis, makan siang dimana, dan sebagainya,” kata Kiai Marsudi.

Untuk membangun hidup yang berkualitas selama Ramadhan, Kiai Marsudi menyarankan agar Muslim memperbanyak amalan shaleh. Malam diisi dengan ibadah, siang pun dijalani dengan beraktivitas seperti biasa. Itulah yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat.

 

Terpopuler