Pria 86 Tahun Ini Ingin Berdakwah Hingga Akhir Hayat

Red: Dwi Murdaningsih

Kamis 02 Jul 2015 11:24 WIB

Muhammad Nur, pria 86 tahun yang aktif berdakwah bersama Hidayatullah. Foto: BMH Muhammad Nur, pria 86 tahun yang aktif berdakwah bersama Hidayatullah.

REPUBLIKA.CO.ID, TARAKAN -- Nama aslinya Muhammad Nur. Namun, kegigihannya dalam menjalankan dakwah sejak 1985 di bumi Tarakan, pria 86 tahun ini dijuluki masyarakat setempat sebagati Patterani. Julukan ini merupakan penghormatan kepada orang yang banyak berjasa bagi masyarakat setempat. Dia berdakwah bersama Hidayatullah.

Wajahnya sudah keriput, rambutnya tak menyisakan warna hitam, tetapi tubuh, suara dan jalannya sangat sehat, tegar dan terlihat sangat bugar, sehingga tidak heran di usia yang kebanyakan orang sudah lebih banyak pasif, Patterani masih aktif memimpin sholat berjamaah dan mengisi khutbah Jumat.

“Ini tentu karunia Allah, soal kesehatan Allah yang punya,” ungkapnya merendah kala dikunjungi tim BMH Pusat di kediamannya di Binalatung Kelurahan Pantai Amal Kecamatan Tarakan Timur (1/7).

Ayah dari 12 anak ini mengaku bahwa dirinya ingin menjalani dakwah ini hingga mati. “Tekad saya satu, bagaimana tetap dalam dakwah sampai mati,” ungkapnya.

Menurut masyarakat setempat, Patterani adalah orang pertama yang memasuki kawasan pantai amal yang kini dihuni tidak kurang dari 200 KK itu. Di tengah masyarakat yang kini bermata pencaharian sebagai petani rumput laut, Patterani memang paling diakui dalam hal keseriusan membina ruhiyah masyarakat.

Pria yang juga aktif berdagang di rumahnya ini tidak lain adalah kader Hidayatullah yang mendapat amanah dakwah di Tarakan bersama Ustadz Abdul Qadir Abdullah. Sebelum akhirnya, Patterani memilih menggarap dakwah di tengah-tengah masyarakat.

Patterani tidak berpanjang lebar soal kiprah dakwahnya. Dia hanya menjelaskan bahwa dakwah itu perlu strategi. Terlebih kala berhadapan dengan masyarakat majemuk (heterogen). Diapun selalu mengingat dakwah yang dicontohkan oleh Rasul. Rasul berdakwah dengan cara lemah lembut, dialog, disertai akhlak yang mulia. Dengan strategi tersebut, Patterani menyatakan bahwa siapapun pasti akan mau menerima kehadiran kita.

“Dakwah itu memperbaiki diri. Jadi berdakwah harus diawali dengan memperbaiki diri. Tidak boleh berkata kasar, memaksa orang, atau pun mengunggul-unggulkan diri atas orang lain, itu tidak boleh,” ungkapnya.

Patterani, telah menghabiskan 30 tahun umurnya untuk dakwah di Binalatung Kelurahan Pantai Amal Kecamatan Tarakan Timur. Kini dia hidup berdua bersama sang istri, sembari menjalankan dagangan kecil di rumahnya. Ketika ditanya apa yang paling membahagiakan dalam hidupnya, pria kelahiran Bone Sulawesi Selatan itu berucap, “Masyarakat sekarang sudah mau sholat Jumat, sholat berjamaah dan syiar Ramadhan tahun ini berjalan semarak, itu sangat membahagiakanku".

Di Ramadhan ini, BMH mengirim dai secara rutin, setiap hari untuk mengisi kultum dan imam taraweh tidak kurang di 40 masjid di Kota Tarakan. Beberapa di antaranya ada di masjid angkatan laut, darat dan kepolisian.

Terpopuler