REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pelajaran untuk tidak membesar-besarkan hal duniawi menjadi makna paling utama yang didapatkan oleh Presiden Direktur Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini dari bulan suci Ramadhan.
Salah satu materi bersifat duniawi yang lekat dengan umat manusia, menurut pria kelahiran Cilegon 15 Februari 1969 tersebut, di antaranya adalah keterikatan manusia dengan makanan.
“Manusia punya kekuatan untuk mengendalikan makanan, dan keterikatan dengan Allah SWT membuat hal duniawi berkurang nilainya,” kata dia.
Ia menjelaskan, jika kemampuan seorang manusia, khususnya umat Muslim, yang bisa menahan lapar dan haus seharian, dimulai dari matahari terbit hingga matahari terbenam, merupakan contoh paling nyata, bagaimana manusia tidak melulu identik dengan makanan.
Terlebih, lulusan Manajemen Fakultas Ekonomi di Universitas Padjajaran Bandung itu, juga menerangkan bagaimana keinginan serta hasrat manusia terhadap makanan saat berpuasa, seketika hilang hanya dengan seteguk air.
Hal tersebut juga mempertebal keyakinannya jika manusia, seharusnya memang tidak terikat dengan hal-hal atau materi yang bersifat duniawi, yang salah satunya adalah keterikatan dengan makanan.
Pria yang memantapkan gelar S3 Manajemen SDM di Universitas Negeri Jakarta tersebut, juga memiliki memori yang indah kala menjalani ibadah puasa Ramadhan di Makkah.
Suhu panas luar biasa yang tidak biasa ia rasakan saat berada di Indonesia, menjadi tantangan berat untuk dapat menuntaskan tugasnya menjalankan ibadah puasa, di bulan suci Ramadhan. Namun, hal tersebut ternyata menjadi cambuk baginya untuk istiqomah.
Akan tetapi, segala upaya pria yang sudah belajar berpuasa sejak umur enam tahun itu, terbayar lunas kala kumandang azan Maghrib terdengar di seantero Tanah Suci.
Untuk bulan suci Ramadhan kali ini, Sekertaris Jenderal World Zakat Forum itu juga tidak melakukan persiapan khusus.
Pria yang juga pernah menjabat sebagai Consultant for Skill Development Project di Bank Dunia tersebut, juga memiliki rutinitas Ramadhan bersama keluarga, yang selalu ia lakukan dari tahun ke tahun. Yakni menghabiskan waktu bersama keluarga, baik saat menyantap hidangan sahur, menikmati santapan berbuka atau shalat tarawih.
“Sayang sekali jika hanya dijadikan sebagai rutinitas dan terlewat begitu saja, harus ada suatu hal istimewa yang lain, agar Ramadhan menjadi terasa,” jelasnya.