REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muraqabatullah atau perasaan diawasi oleh Allah SWT akan menjadi kontrol bagi setiap manusia saat menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
“Saat puasa kan tidak ada yang mengawasi kecuali keyakinannya bahwa sebenarnya dia diawasi oleh Allah atau yang disebut dengan istilah muraqabatullah. Sehingga, sekali pun tersedia makanan di hadapan kita, tetapi tak akan berani memakannya,” kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat, Yunahar Ilyas kepada Republika, Selasa (30/6).
Dengan latihan selama sebulan dan membiasakan diri merasa diawasi Allah, ia meyakini, akan timbul lah kejujuran dalam diri yang diharapkan bisa berlangsung meski pun di luar bulan Ramadhan.
“Seseorang kalau mau pura-pura puasa kan gampang sekali. Makanlah di rumah sepuas-puasnya dia dan di luar pura-pura lemas kan gampang. Maka dari itu yang jadi pengawas saat puasa ya hanya dirinya sendiri,” ujar dia.
Bukan hanya jujur, orang yang menjalankan puasa Ramadhan juga akan bisa mengontrol dirinya sendiri, entah dalam ucapan, pikiran serta perbuatan. Sehingga, dia akan lebih berhati-hati dalam bertindak. Bukan hanya menghindari yang haram atau dilarang, tetapi juga menghindari sesuatu yang hukumnya masih subhat.
“Kalau dalam kehidupan sehari-hari, misalkan seorang pejabat ya gak akan mau lagi korupsi karena itu perbuatan jahat, nggak mau menipu, sehingga dia menjadi pribadi yang jujur,” terang pria kelahiran Bukit Tinggi tersebut.