Berpuasa Sehat bagi Anak

Rep: kiki sakinah/ Red: Damanhuri Zuhri

Senin 29 Jun 2015 23:24 WIB

Ilustrasi Anak Berpuasa. (Republika/Yogi Ardhi) Foto: Republika/Yogi Ardhi Ilustrasi Anak Berpuasa. (Republika/Yogi Ardhi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Menjadi sebuah kebahagiaan bagi para orang tua, ketika anak yang masih kecil belajar menjalankan ibadah puasa. Apalagi, jika si kecil berhasil menuntaskan puasa selama seharian dari waktu imsak hingga menjelang magrib.

Namun demikian, membiasakan anak belajar berpuasa tentu membutuhkan upaya orang tua untuk mengajak dan mengedukasi sang anak. Apalagi, puasa kerap menimbulkan rasa lapar, haus, lesu dan mudah ngantuk.

Di sini, penting bagi orang tua untuk mengajak anak berpuasa sehat. Karena walaupun berpuasa, anak tetap membutuhkan nutrisi pertumbuhan yang tetap optimal.

Dokter spesialis gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, MSc. MS. Sp.GK, mengatakan pada dasarnya kebutuhan zat gizi selama berpuasa sama dengan saat tidak berpuasa. Hanya saja, berubah dalam hal jadwal makan dan porsi.

Dengan berpuasa, justru memberikan kesempatan bagi alat pencernaan untuk beristirahat. Di samping, memperbaiki proses regenerasi saluran cerna, dengan mengurangi beban kerjanya.

Ia menjelaskan, pada dasarnya cadangan karbohidrat di tubuh hanya bertahan sekitar 10 jam. Namun demikian, cadangan energi lemak akan digunakan jika tubuh kekurangan energi.

Bagi anak yang berada di bawah usia akil baligh, berpuasa memang belum diwajibkan. Akan tetapi, sang ibu dapat membiasakan anak untuk belajar berpuasa secara bertahap. Ia memaparkan, anak pada usia lima tahun pertama tengah dalam proses pertumbuhan yang optimal.

Sebaiknya, anak tidak mengalami kekurangan zat gizi pada tubuhnya. Sementara setelah usia lima tahun, pertumbuhan tidak sepesat anak yang berada di bawah usia lima tahun.

“Karenanya, anak bisa diajarkan mulai belajar menahan untuk tidak makan dan minum selama beberapa jam dan seterusnya bertahap sesuai kemampuan anak,” papar dokter ini.

Baru pada usia akil baligh yaitu sekitar 12 tahun, anak bisa mencoba berpuasa secara penuh. Ia menerangkan, pola makan saat Ramadhan ialah sahur sebanyak 40 persen dan berbuka sebesar 60 persen. Sahur terdiri dari makan besar sebesar 30 persen, makan kecil sebelum imsak 10 persen, dan minum sebanyak 3 gelas secara bertahap.

Sementara berbuka, terdiri dari makanan manis sebesar 15 persen, makanan lengkap 30 persen, makanan kecil 15 persen, dan minum sebanyak lima gelas secara bertahap dibagi dalam beberapa jam hingga menjelang tidur.

Pada saat sahur, ia menyarankan agar mengonsumsi makanan yang lengkap dan mengandung tinggi serat. Hal itu agar rasa kenyang bertahan lebih lama dan tidak mudah lapar.

Namun, ia tidak menganjurkan untuk mengonsumsi minuman manis saat sahur. Hal itu karena, kandungan gula tersebut dapat menimbulkan risiko lapar dan hipoglisemia (kadar glukosa dalam darah terlalu rendah).

Sebaliknya, saat berbuka dianjurkan untuk memulai makan dengan makanan yang manis.  Hal itu untuk mengganti kadar gula yang sudah mulai turun pada saat berpuasa. Sebaiknya, minum air dalam suhu yang sesuai suhu tubuh atau air hangat.

Jika pada orang dewasa anjuran minum yang mencukupi ialah sebanyak 1,5 hingga dua liter per hari, pada anak, minum yang dianjurkan lebih sedikit yaitu sekitar 1-1,5 liter per hari.

Terpopuler