Melihat Pelangi Indonesia Lewat Sahur Bersama

Rep: bowo pribadi/ Red: Damanhuri Zuhri

Senin 29 Jun 2015 21:06 WIB

Makan Sahur (ilustrasi) Foto: theworldandyouth.wordpress.com Makan Sahur (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemandangan pagi buta di pinggiran Kali Semarang, yang berada di lingkungan Kebon Dalem, Kota Semarang, Senin (29/6) dini hari cukup berbeda dari biasanya.

Lingkungan yang biasanya senyap ini, mendadak menjadi semarak oleh ratusan orang yang berkumpul di bawah tenda berpenerangan secukupnya.

Yang tampak unik, diantara massa perempuan yang berkumpul pada pagi buta itu mencerminkan sejumlah perempuan yang berasal dari lintas komunitas pemeluk agama.

Ada puluhan perempuan yang berhijab, berkerudung khas biarawati dan tampak pula komunitas perempuan Tionghoa. Mereka membaur bersama bahkan sama sekali tanpa sekat dan terlibat diskusi yang cukup hangat.

Inilah pemandangan yang mengemuka saat digelar Sahur Bareng Ibu Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid. Acara ini juga mengundang kaum miskin, anak-anak jalanan dan juga penduduk sekitar kawasan tersebut.

Kegiatan mengisi Ramadhan ini diprakarsai oleh para umat Katolik di Paroki Gereja Kabon Dalem Semarang. “Di sini saya melihat Indonesia seutuhnya,” kata Shinta.

Di tempat ini, tambahnya, ada banyak pemeluk agama yang datang bersama untuk ikut menyantap makan sahur bersama umat muslim. Dan ini merupakan bentuk penghormatan kaum dari agama selain Islam.

Yakni kaum Muslim yang saat ini tengah menunaikan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan 1436 Hijriyah. “Inilah keindahan pelangi Indonesia,” kata isteri Gus Dur ini.

Menurutnya, harmonisasi dan keindahan pelangi umat pemeluk agama dan suku bangsa ini harus dipertahankan. Karena ini merupakan persatuan yang sangat indah.

“Coba bayangkan, bila warna pelangi itu hilang satu saja, maka keindahannya akan berkurang bahkan menjadi sirna. Makanya, mari kita wujudkan persatuan itu,” lanjut Shinta.

Mantan ibu negara tersebut juga mengaku telah melakukan safari buka dan sahur bersama kaum yang terpinggirkan. Mulai dari para bakul pasar, abang becak, kaum dhuafa, tuna wisma dan lainnya sejak 15 tahun lalu.

“Tak jarang kegiatan ini dihelat di bawah kolong jembatan, di tengah pasar, dan di mana saja yang penting bisa membaur dengan saudara kita, masyarakat bawah,” tambahnya.

Sementara itu, Romo Aloysius Budi Purnomo Pr mengaku telah menyebarkan 400 undangan kepada seluruh kalangan. “Terutama warga di sekitar lingkungan Kebon Dalem,” dan sekitarnya.

Acara itu juga dihadiri ulama Kyai Budi Harjono, pengasuh pondok pesantren (ponpes)  Al-Ishlah yang membawa serta para santrinya untuk menampilkan Tarian Sufi dengan iringian musik grup Boan Hian Tong Lam Kwan. Tak lupa Romo Budi mengalunkan tembang Tamba Ati untuk Shinta Nuriyah.

Terpopuler