REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Masih ingat Mbah Dul? Seorang kakek yang getol menambal jalan berlubang di Surabaya dengan sukarela. Kisah inspiratif kakek 63 tahun itu masih dikenang masyarkat meskipun telah berulang kali ia tuturkan di layar televisi maupun halaman koran.
Senin (29/6), kakek yang berprofesi sebagai tukang becak itu giliran memberikan motivasi di depan 50 anak yatim. Penyelenggara kegiatan, Yayasan Yatim Mandiri Surabaya, mengundang Mbah Dul untuk memotivasi anak-anak yang kehilangan orangtua itu agar dapat mandiri sedini mungkin dan punya niat untuk berbagi kepada sesama.
Bertempat di salah satu restoran di Surabaya, dengan duduk lesehan, bocah-bocah usia Sekolah Dasar itu tampak terpesona mendengat cerita kakek di hadapannya. “Mbah ndak punya apa-apa, punyanya cuma tenaga, ya itu yang Mbah kasih,” ujar lelaki bernama asli Abdul Syukur itu.
Tanpa canggung, sejumlah anak mengangkat tangan begitu diberikan kesempatan bertanya. Aris, misalnya, bocah 10-an tahun itu menanyakan tentang motivasi sang kakek menambal jalan setiap malam tanpa dibayar. Renata, anak yang lain bertanya soal suka-duka menjadi relawan penambal jalan.
Tak hanya menyimak, anak-anak juga mencatat cerita Mbah Dul. Selain Mbah Dul, hadir juga sosok inspiratif lainnya, yakni Pak Man, seorang kakek penjaga perlintasan kereta api di Surabaya. Keduanya bergantian bercerita, dengan sesekali diselingi Bahasa Jawa yang penuh canda.
Chotieb, penanggung jawab kegiatan, menyampaikan, kegiatan bernama Pesantren Ramadhan Kreatif tersebut diikuti anak-anak yatim dari tiga panti yatim di Surabaya, yakni Panti Al-Ikhlas, Karangan, Panti Muhammadiyah, Karang Pilang dan Panti Al-Bisri, Gunung Anyar Lor.
Choetib menyampaikan, Yayasan Yatim Mandiri mendatangkan Mbah Dul dan Pak Mun untuk berbagi cerita, agar anak-anak bisa menangkap hikmah dari sosok keduanya. “Mereka kami minta untuk menuliskan cerita Mbah Dul dan Pak Mun, agar nanti bisa mereka ceritakan lagi,” ujar Choetib.
Choetib menyampaikan, Pesantren Ramadhan Kreatif merupakan salah satu program Yayasan Yatim Mandiri. Selain program tersebut, menurut dia, masih ada program-program lain, baik dalam bentuk bantuan langsung maupun program pemberdayaan.
Choetib mencontohkan, Yatim Mandiri Surabaya punya program beasiswa bagi anak yatim berprestasi, mulai dari kelas satu SD hingga kelas tiga SMA. Selain itu, ada juga program pelatihan bagi anak-anak yatim yang telah lulus SMA, serta program bantuan dana Ramadhan. “Setiap tahun, kami menyalurkan bantuan untuk 2300 anak yatim,” ujar Choetib.
Menurut Choetib, anak yatim merupakan tanggungan seluruh umat Islam. Untuk itu, ia mengajak masyarkat untuk bergabung dalam gerakan memuliakan anak yatim. Bagi masyarkat yang ingin termudahkan menyalurkan bantua bagi anak yatim, menurut Choetib, Yayasan Yatim Mandiri, siap menjadi jembatan.