REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri ESQ Leadership, Ary Ginanjar Ramadhan 10 tahun lalu paling berkesan. Saat itu, ia menjalankan ibadah puasa di Makkah.
Di Baitullah, Ary mendekatkan diri kepada Allah SWT, shalat tarawih, menjalankan ibadah puasa serta berusaha mensucikan hati tepat di depan Ka’bah. Berbagai alasan yang membuatnya selalu ingin kembali ke tanah suci tersebut ditambah lagi, karena ia bisa lebih fokus dalam beribadah lantaran merasa lebih dekat dengan Allah SWT.
Meski begitu, penyuka timun suri ini menyebut kalau Ramadhan tahun ini, memang menjadi tantangan yang berat, baik secara ekonomi ataupun sosial. Hal itu disebabkan kondisi masyarakat yang sedang dirundung banyak masalah, diantaranya permasalahan narkoba dan buruknya moral atau karakter dari setiap individu. Makanya, Ary berharap agar nilai-nilai yang ada dalam diri manusia, mampu menghadapi permasalahan tersebut.
Ia juga memanfaatkan bulan suci Ramadhan sebagai momentum spesial bersama keluarga, yang mana, dalam melaksanakan tarawih, ia selalu berusaha meluangkan waktu untuk melaksanakannya di rumah, beserta anak dan istrinya. Adapun momen paling istimewa bersama keluarga yang ia rasakan saat bulan suci Ramadhan, adalah menikmati santap sahur bersama, yang dianggapnya sebagai kesempatan terbaik selama sepanjang tahun.
Peraih penghargaan Agents of Change dari Republika pada tahun 2005 tersebut, juga menghimbau kepada masyarakat, untuk tidak menyia-nyiakan 20 hari ini, kecuali untuk menghasilkan karakter diri yang lebih baik sebagai manusia. Baginya, Ramadhan adalah kesempatan latihan yang diberikan oleh Tuhan, yang wajib dimanfaatkan sebaik mungkin, karena tidak ada jaminanm kalau seseorang itu bisa bertemu dengan Ramadhan di waktu yang akan datang.
“Ramadhan ini super training yang Allah SWT berkan, harapan saya, jangan kita sia-siakan kecuali untuk menghasilkan karakter yang lebih baik sebagai manusia,” pungkasnya.