Pondok Al-Marhamah Perkenalkan Sekolah dan Belajar Alquran Gratis

Red: Agung Sasongko

Selasa 30 Jun 2015 06:20 WIB

Santri melantunkan ayat suci alquran saat tes Tahfidz di Kemenag,Jakarta, senin (18/8).(Republika/ Tahta Aidilla) Foto: Republika/ Tahta Aidilla Santri melantunkan ayat suci alquran saat tes Tahfidz di Kemenag,Jakarta, senin (18/8).(Republika/ Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Bulan Ramadhan, dibulan yang baik ini Yayasan Pendidikan dan Sosial Al-Marhamah memperkenalkan Pondok Al Marhamah sebagai yayasan yang membina dan memberikan bea siswa kepada seluruh anak yatim/piatu dan kaum dhuafa untuk sekolah, belajar agama dan hapalan Alquran secara gratis.

Hal itu disampaikan Pembina Yayasan Al-Marhamah, Ustadz H.Mohamad Subchansyah saat buka puasa (ifthor jama’i) bersama dengan anak-anak yatim/piatu dan dhuafa yang digelar ditengah-tengah pembangunan Masjid  Al-Marhamah, Jalan Batok, Ciketing, Mustika Jaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, Ahad(28/6).

“Acara ifthar jama’i ini bermaksud memperkenalkan Yayasan Pondok Al Marhamah kepada masyarakat khsuusnya dilingkungan tempat yayasan berada. Termasuk segenap program-program berupa pendidikan gratis, mulai sekolah dasar, SMP, SMK dan belajar serta memperdalam ilmu agama termasuk hapalan Al Quran,” kata Subchansyah di Yayasan Al Marhamah, Senin (29/6).

Acara buka puasa yang diisi dengan taushiyah oleh Ustadz Subachansyah didampingi para pengurus Yayasan Al Marhamah yakni, H Syarif Hidayat, H Zainal Tjopo, Dwi Widiono, Triyanto, Sahroji, Hary Safii dan Hasriwal AS Hasibuan.

Dihadapan puluhan anak yatim dan undangan, Subchansayah menyatakan, aplikasi dari ilmu, belajar, ketekunan dan keridhaan beribadah pada Allah ‘hablum minallah’ adalah ujungnya kita harus berbaut baik pada sesama hamba Allah ‘hablum minannas’.

“Inilah salah satu dasar pemikiran Yayasan Al Marhamah ini didirikan, yakni untuk berbuat kebaikan pada sesama, terutama pada anak-anak yatim/piatu maupun kaum dhuafa. Yayasan ini didirikan atas kepedulian kaum muslim untuk kepedulian membantu saudara-saudara kita yang kurang beruntung atau tidak mampu secara ekonomi,” terang Subchansyah.

Kemuliaan aqidah seseorang lanjut Subchansyah, yang ‘hablum minallah’ sudah baik atau sangat baik maka harus diaplikasian pula dengan kebaikan pada sesama ‘hablum minannas’.

“Bagaimana kita bertetangga, bergaul dan memiliki kepedulian terhadap sesama harus pula lebih baik. Itulah ujung dari hablum minallah, semoga kita semua disini menjadi orang-orang mukmin yang terpilih dan memiliki hablum minallah dan hablum minannas yang terpuji pula,” tutup Subchansyah.

Terpopuler