REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ahli Gizi Universitas Indonesia, Nurly Hestika Wardhani mengingatkan agar masyarakat lebih memahami tentang konsumsi makanan manis saat berbuka puasa agar tidak berlebihan terutama yang kadar gulanya tinggi.
"Berbuka dengan yang manis memang benar, tapi jangan sampai berlebihan karena bila berlebihan bisa menambah kadar gula yang tidak diharapkan," kata Nurly Hestika di Bandung, Ahad (28/6).
Menurut dia, memakan makanan yang manis dalam anjuran makanan saat berbuka puasa perlu ditinjau kembali karena pemahaman hidangan saat berbuka puasa selalu dikonotasikan dengan yang manis-manis saja. Namun tapi tidak memenuhi unsur serat yang hilang selama masyarakat beraktivitas.
Menurut dia pemahaman masyarakat berbuka dengan makanan yang manis, itu tidak sepenuhnya salah, dan sesuai dengan Sunah Nabi yang berbuka dengan kurma, dan kandungan kurma itu manis. Namun menurut dia perlu berhati-hati dengan makanan manis yang kadar gulanya terlalu tinggi saat berbuka puasa karena dikhawatirkan kebutuhan kadar gula tersebut terpenuhi sesaat saja.
Ia menjelaskan ada pemahaman yang berbeda terhadap kurma dan makanan manis. Menurutnya, kurma yang biasa ditemui di Indonesia sebenarnya sudah melalui proses pengeringan dan kadar gulanya sangat tinggi.
"Kurma yang dimaksud dalam anjuran agama adalah kurma yang baru saja dipetik karena kandungan airnya tinggi dan bukan seperti kurma yang kita makan, karena sudah melalui proses pengeringan," kata Nurly.
Lebih lanjut mengatakan kadar gula dari kurma yang sudah dikeringkan ini mirip seperti kismis, kandungan airnya pun sudah hampir tidak ada. "Anjuran untuk mengonsumsi kurma segar tersebut karena ia memiliki kandungan air yang cukup dan energi yang tidak terlalu banyak namun mumpuni untuk mencukupi kebutuhan gizi sehari-hari," kata Nurly.