REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar ulama membagi bulan Ramadhan dalam tiga fase. Yaitu, sepuluh hari pertama Ramadhan dinamakan terbukanya pintu Rahmat Allah SWT bagi orang-orang yang menunaikan shaum, Sepuluh hari kedua atau pertengahan dinamakan Magfirah yaitu diampuninya segala dosa-dosa, dan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dinamakan pembebasan dari api neraka.
Ustazah Dedeh Rosidah atau lebih dikenal dengan Mamah Dedeh mengatakan, bulan Ramadhan sama sekali tidak terkelompok. Sehingga, jangan sampai kita artikan bahwa di 10 hari pertama kita hanya diberikan rahmat, 10 hari kedua kita hanya diberi ampunan dan di 10 hari terakhir hanya dijauhkan dari api Neraka.
“Hadist nabi itu benar dan ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Artinya, siapa yang dari tanggal 1 sampai tanggal 30 Ramadhan, siangnya puasa, malamnya terawih, dan shalat malam lainnya, ditambah tadarus dan amal saleh lainnya dengan niat ikhlas karena Allah, maka orang itu yang mendapat rahmat dari Allah, Ampunan dan dijauhkan dari api Neraka,” kata dia kepada Republika, Jumat (26/6).
Alumni IAIN Syarif Hidayatullah tersebut memaparkan, begitu banyak janji Allah dan Rasul bagi orang yang dengan benar menjalankan ibadah di bulan Ramadhan. Salah satu contoh adalah sabda Rasulullah yang mengatakan, barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan ikhlas, maka dosa-dosanya yang lalu akan diampuni.
“Jadi pokok pangkalnya adalah iman dan ikhlas. Hadist berikutnya, barang siapa yang Shalat terawoh dan shalat malam lainnya di bulan Ramadhan, dengan iman dan ikhlas maka dosanya yang lalu diampuni oleh Allah,” ujar dia.
Perempuan kelahiran Ciamis itu menambahkan, sudah semakin jelas bahwa Ramadhan tidak bisa dikelompokan dan tidak ada istilah per sepuluh. Menurutnya, yang terpenting adalah memaknai setiap hari di bulan Ramadhan dengan amalan yang dicontohkan Rasulullah SAW.