Motivator Non-Muslim Akui 'Keajaiban' Sedekah Bulan Ramadhan

Red: Bilal Ramadhan

Jumat 26 Jun 2015 11:44 WIB

Sedekah (ilustrasi) Foto: REPUBLIKA Sedekah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- "Saya pernah menerima secarik kertas yang berbunyi: sedekah itu mendatangkan rezeki dan menolak malapetaka," ucap Johan Yan, motivator asal Surabaya.

Akhirnya, komisaris perusahaan motivasi PT Total Quality di Jalan Raya Jemursasi, Surabaya itu berusaha mempraktikkan "nasihat" dari secarik kertas yang tidak diketahui sumbernya itu.

"Setelah saya melakukan sedekah dengan memberi nasi bungkus untuk sahur bagi anak-anak jalanan, gelandangan, tukang sayur, tukang becak, petugas SPBU, polisi, penjaga palang pintu rel KA, dan pekerja malam, ternyata usaha saya tidak pernah sepi," tuturnya, Jumat (26/6).

Padahal, tukas motivator budaya yang non-Muslim itu, perusahaannya sebelumnya sering mengalami sepi pada setiap bulan puasa Ramadhan, tapi selama tiga kali Ramadhan terakhir justru rezeki datang lebih banyak daripada bulan-bulan biasanya.

"Ramadhan tahun ini, saya menerima rezeki hingga Rp240 juta dan kalau dijumlahkan dengan Ramadhan sebelumnya bisa mencapai Rp1 miliar," papar penggagas Museum Mahanandi Surabaya itu.

Maka itu, penerima anugerah kehormatan 10 orang berpengaruh di bidang budaya di Indonesia atau The Outstanding Young Persons (TOYP) oleh Junior Chamber International atau JCI (2012) itu merasa bersyukur dan akan berusaha melakukan "Sahur on The Road" secara rutin dengan mengajak seluruh karyawannya untuk memasak semua makanan.

"Tahun ini, kami membagikan 2.015 nasi bungkus yang dimasak sendiri oleh para motivator muda di PT Total Quality pada siang, lalu mereka membungkus sendiri pada sore hingga malam," ujar penerima penghargaan gelar pangeran kehormatan dari Pakubuwono XIII Solo dalam bidang kebudayaan (2012) itu.

Selanjutnya, mereka membagikan nasi sahur pada malam hingga dini hari dengan rute Jemursari, Wonokromo, Pasar Keputran, Taman Bungkul, dan beberapa pasar tradisional serta tempat penampungan sampah hingga berakhir di Radio Suara Surabaya.

"Uniknya, kami tidak memiliki latar belakang katering, tapi kami memasak sendiri 400 kilogram beras, menggoreng ratusan kilo lauk pauk, daging, dan telur, sambal tempe, dan serundeng dalam waktu 16 jam nonstop," jelas pemerhati benda peninggalan sejarah itu.

Baginya, Ramadhan, sedekah, dan sahur bersama merupakan keajaiban yang luar biasa, meski dirinya sebagai non-Muslim, karena itu dirinya melakukan pelayanan kepada saudara Muslim dalam bentuk sahur bersama.

"Itu juga sesuai inspirasi yang kami terima dari Ustaz Abdul Madjid (Gedangan, Sidoarjo) bahwa kebaikan dan keburukan itu akan kembali kepada pemiliknya. Islam itu mengajarkan 'paket' keimanan dan amal sholeh atau kepedulian sosial, shalat dan zakat atau sedekah, taat kepada Allah dan bakti kepada orang tua," timpalnya.

Terpopuler