KPAI Imbau Masyarakat Hindari Konsumerisme Kala Ramadhan

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Indah Wulandari

Jumat 26 Jun 2015 11:11 WIB

Pasar Ramadhan Foto: AP Pasar Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ramadhan bukan hanya menjadi peristiwa keagamaan, tetapi dalam konteks Indonesia telah menjadi peristiwa sosial budaya yang berdampak pada gaya hidup konsumerisme alias pemborosan.

"Karena telah menjadi peristiwa sosial budaya, tampaknya segala aktivitas ikutan yang ada di bulan Ramadhan seringkali tak terbendung. Setidaknya, terdapat tiga pola tradisi sesuai kelas sosial masyarakat," kata Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto, Jumat (26/6).

Pertama, ujar dia, bagi kelompok masyarakat ekonomi biasa, beli baju baru, pakaian baru, alat ibadah baru merupakan peristiwa tradisi. Umumnya beli pakaian baru hanya di bulan Ramadhan untuk persiapan hari raya, jadi hanya sekali dalam setahun membeli pakaian baru.

Kedua, kelompok masyarakat  yang sedang beranjak  masuk ekonomi menengah. Sebagian dari mereka  membeli sesuatu yang baru untuk  pulang kampung, misalnya mobil baru karena memang diperlukan  sekaligus menunjukkan kepada daerah asal bahwa ia telah sukses dalam menapaki karir hidupnya.

Ketiga, bagi kelompok masyarakat ekonomi menengah dan atas. Sebagian dari kelompok elite ini mempunyai kecenderungan gaya hidup mewah. Misalnya, persiapan Idul Fitri dengan membeli mobil bermerek terbaru dan berkelas. Padahal masih ada mobil yang bisa difungsikan.

Jadi pertimbangannya bukan aspek manfaat dan fungsi, tetapi lebih pada gaya hidup. Ini masuk kategori konsumerisme dan harus dicegah.

"Kami mengimbau kepada masyarakat luas agar dalam menghormati bulan ramadhan tidak menggunakan pola hidup mewah dan konsumerisme. Justru bulan Ramadhan harus dijadikan momentum untuk membangun karakter unggul pada anak," ujar Susanto.

Terpopuler