Konsep Berbukalah dengan yang Manis, Salah?

Rep: C93/ Red: Winda Destiana Putri

Kamis 25 Jun 2015 16:16 WIB

Es teh manis. Foto: Republika/Rachmawaty La'lang Es teh manis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang motivator kesehatan, Dr. Phaidon Lumban Toruan mengatakan, istilah yang sudah melekat di benak setiap oarang Muslim “Berbukalah dengan yang manis” adalah salah.

Menurutnya, yang lebih tepat adalah berbukalah dengan yang sehat. dokter yang juga penulis buku itu membolehkan berbuka dengan yang mais asalkan kadar gulanya tetap harus rendah.

 

"Heran, enggak tau dari mana asalnya istilah ‘berbukalah dengan yang manis’ itu. Padahal Rasulullah pun tidak mengajarkan berbuka dengan yang manis tetapi dia mencontohkan berbuka dengan Kurma. Sementara Kurma itu buah-buahan dan sehat pula," kata dia di Jakarta, baru-baru ini.

 

Dokter yang juga membantu tim angkat besi Indonesia saat berlaga di Olympiade 2004, 2004 dan 2012 itu menambahkan, saat berbuka dengan yang manis dan kadar gulanya tinggi maka tubuh akan bermasalah. Salah satu masalah yang akan dihadapi adalah kadar gula dalam tubuh cepat naik, tetapi juga cepat turun kembali.

 

"Karena naik-turunnya cepat maka tubuh akan cepat lemas. Ditambah lagi makan gorengan yang kolesterolnya tingga dan membuat tubuh ngantuk. Jadi shalat saja malah jadi malas," tambah dia.

 

Menurut Phaidon, jika ingin tetap berbuka dengan yang manis, yang terbaik dikonsumsi adalah buah-buahan, madu, gula aren dan air kelapa. Jika ingin berbuka dengan kolak, maka gula yang harus digunakan adalah gula aren dan santannya jangan dimasak.

 

"Jadi santannya dicampurkan ke dalam kolak saat kolak itu sudah matang. Jangan dimasak sama santannya," ujar dia.

Terpopuler