Berpuasa Sembari Menanti Terik Mentari India

Red: Indah Wulandari

Kamis 25 Jun 2015 13:40 WIB

Ati Hilmiyati dan suami Foto: Facebook Ati Hilmiyati dan suami

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Teriknya matahari menjadi tantangan bagi umat Muslim India melalui waktu puasa Ramadhan selama 16 jam.

“Di Delhi sekarang  temperatur suhunya rata-rata 45 derajat Celcius. Kalau Ramadhan, siang jadi malam, malam jadi siang,” terang salah satu muslimah Indonesia yang tinggal lima tahun di India, Ati Hilmiyati (30 tahun), akhir pekan lalu.

Titik ekstrem bawah yang berada pada kisaran suhu 2 derajat Celcius dan titik ekstrem atas yang mampu menembus angka 49 derajat Celcius.

Ati yang akrab dipanggil Neng Rahmi ini tinggal di komples KBRI New Delhi bersama suaminya yang menjadi staf pendidikan disana, Abdul Allam Amrullah dan putrinya, Haasya sekitar sebulan lalu. Sebelumnya, ia tinggal di kampung muslim Zakir Nagar.

Neng Rahmi dan keluarganya memilih kampung muslim yang dekat dengan kampus  sang suami, Jamia Millia Islamia. Plus, ia ingin merasakan suasana keislaman yang kental di lingkungan tersebut.

“Biasanya, awal Ramadhan disana ditandai dengan suara sirine saat Ashar dan Maghrib. Jika sudah berbunyi, tandanya besok Ramadhan,” jelas perempuan asal Karawang, Jawa Barat ini.

Aktivitas Ramadhan di kampung Muslim tersebut mulai semarak sekitar pukul 15.00 waktu setempat. Hawa panas yang mendera bukanlah halangan bagi para penduduk disana untuk berburu takjil khas India. Seperti Pakoda (pakora), semacam gorengan dari tepung dengan ragam sayur-sayuran yang digoreng terpisah.

“Neng sendiri tidak ada persiapan khusus menghadapi musim panas ini, kecuali persiapan stamina dan mental untuk mempersiapkan kebutuhan suami dan anak selama Ramadhan,” cetus Neng Rahmi.

Untungnya, tidak sulit menemukan menu makanan yang halal di India. Sebab masyarakat India terbiasa mengonsumsi satu dari dua jenis makanan yang berbeda, yaitu vegetarian dan non-vegetarian.

Untuk beribadah, di kawasan Muslim sangat mudah menemukan masjid, misalnya di Okhla dan Jama Masjid, Delhi. Sepanjang bulan Ramadhan, imbuh Neng Rahmi, tempat inilah yang menjadi kegemaran berkumpul bagi para mahasiswa dan masyarakat Indonesia yang tinggal di sekitar wilayah tersebut.

“Karena mereka dapat memperoleh makanan khas Ramadhan baik untuk berbuka puasa maupun untuk sahur,” jelasnya.

Kini, di tempat tinggal baru dalam area KBRI New Delhi, Neng Rahmi justru merasa lebih sibuk dan dekat dengan masyarakat Indonesia.

Mulai dari  mempersiapkan buka puasa bersama, salat tarawih, tadarus bersama, penyaluran zakat, infaq, dan sadaqah (ZIS), hingga salat Idul Fitri secara berjamaah dilaksanakan dengan pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia di India (PPI-India) di masing-masing wilayah.

“Tapi, semuanya masih tak seramai Ramadhan di Indonesia,” ungkap Neng Rahmi.

Demi menebus rasa kangen itu, ia pun tak sabar menunggu kepulangannya ke Tanah Air medio bulan September 2015 mendatang.

Terpopuler