REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Empat orang mahasiswa jurusan Pendidikan Ilmu Agama (PAI) Universitas Garut (Uniga) mengisi kegiatan Ramadhan dengan cara berbeda. Jika anak-anak muda lain ngabuburit dengan cara bermain, mahasiswa tersebut ngabuburit dengan cara mengajari anak-anak ilmu agama.
Setiap hari mahasiswa tersebut menghabiskan waktu puasanya bersama anak-anak di Masjid Jami Al Barokah, Jalan Pembangunan, Kampung Lembang, Desa Sukagalih, Kecamatan Tarogong, Kabupaten Garut. Mereka mengajar anak-anak tanpa bayaran dan imbalan apa pun. Mereka hanya ingin membagikan ilmu yang mereka dapatkan agar menjadi buah manfaat di masa depan.
Salah seorang dari keempat mahasiswa tersebut Zamzam Ismail Abdulah (18 Tahun) mengatakan, setiap kali memasuki bulan Ramadhan, mahasiswa PAI Uniga biasanya membuka pesantren kilat untuk anak-anak usia dini hingga tingkat SMP. Pesantren kilat saat Ramadhan tujuannya untuk mengisi bulan puasa dengan mencari ilmu dan memperbanyak amal ibadah.
"Saat ini saya bersama teman-teman mengajar 65 anak-anak dari tingkat PAUD sampai SMP," kata Zamzam.
Keempat mahasiswa tersebut membuka pesantren kilat atas keinginan mereka sendiri. Tidak ada tugas dari kampus atau dosen. Mereka hanya ingin mengaplikasikan pendidikan agama yang mereka pelajari di kampus ke dalam kehidupan. Selain itu kecintaan mereka terhadap anak-anak juga menjadi motivasi.
Menurut mereka, pesanten kilat untuk anak-anak mungkin hanya sekilas. Akan tetapi jika berkesan penyajiannya, anak-anak akan mengingatnya sampai mereka dewasa nanti. Meski hanya sebutir ilmu berbuat kebaikan yang mereka ingat, Zamzam berharap kebaikan itu akan tumbuh dan berbuah dimasa depan.
Bagi Zamzam dan teman-temannya, anak-anak adalah masa depan bangsa. Banyak diantara mereka yang akan mnjadi pejabat pemerinthana untuk melayani rakyat bangsa Indonesia. Karenanya pendidikan agama bagi anak-anak usia dini sangatlah penting. Agama islam sebagai pemandu jalan saat mereka tumbuh dewasa, berkarir dan berkarya.
"Ilmu agama islam juga akan menjadi penyelamat mereka di dunia dan akhirat," kata Zamzam.
Zamzam bersama tiga orang temannya juga mengaku resah melihat kondisi anak-anak saat ini. Dari keresahan tersebutlah mereka mengajar ngaji anak-anak melalui pesantren kilat. Zamzam menjelaskan, anak-anak saat ini sedang terbuai oleh tontonan, gadget dan budaya yang salah paham.
Seorang pemuda yang tinggal di sekitar Masjid dan membantu berlangsungnya pesantren kilat, Ahmad Ihsan (25) menambahkan, menurutnya dari pada anak-anak menghabiskan waktu puasa dengan bermain kesana kemari, lebih baik orang tuanya membimbing anak-anaknnya untuk ke Masjid.
Di masjid anak-anak akan mendapatkan tambahan ilmu untuk bekal mereka nanti. Mereka diajari cara membaca Al Qur'an yang baik dan benar, belajar ilmu-ilmu dasar agama dan pengetahuan umum lainnya.
Warga di sekitar Masjid juga sangat mendukung aktivitas pesantren kilat tersebut. Setiap menjelang buka puasa, ibu-ibu mengantar tajil (makanan untuk berbuka puasa) ke Masjid. Anak-anak pun senang dan tambah bersemangat saat belajar. Suara mereka terdengar kencang saat belajar cara membaca alkuraan yang baik dan benar.