REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Pemandangan dan bau makanan bisa menyiksa orang yang sedang berpuasa. Tidak demikian bagi koki yang berkecimpung pada bisnis makanan seperti roti dan mentega.
Di Bulan Ramadhan, makan dan minum di depan umum adalah tindakan melanggar hukum di Uni Emirat Arab. Ini adalah cara menghormati tradisi bulan puasa, dan kepada umat yang menjalankannya.
Warga non-Muslim dapat makan dan minum, dalam batas-batas rumah mereka. Pekerja di kantor dapat melakukannya di daerah yang dikhususkan, agar tidak menyinggung perasaan orang-orang yang berpuasa.
Tapi, bagaimana jika makanan adalah bagian dari pekerjaan seseorang? Bagaimana Muslim mengatasinya ketika makanan tidak bisa dijauhkan dari pandangan? Warga Tunisia yang merupakan Asisten Koki, Kais Gharbi (26), mengatakan kalau hal itu terkadang memang menjadi tantangan.
"Sulit, tapi ketika saya datang untuk bekerja, saya lupa tentang makanan dan segala sesuatu yang lain sampai pukul tujuh malam. Itulah yang membuat saya bertahan," kata koki yang bekerja di sebuah restoran shawarma kepada Gulf News.
Satu blok jauhnya dari tempat Gharbi adalah tempat kerja Mehmat Patlaz. Patlaz sibuk mempersiapkan hidangan Turki di restoran di sekitar pukul dua siang.
Bau sup tradisional Turki yang baru dimasak tercium di udara saat ia meletakkan nampan di meja. "Saya tidak menemukan ada masalah sama sekali bekerja selama bulan Ramadhan," katanya dengan tenang.
"Saya sudah terbiasa dengan itu. Pokoknya, saya melakukan puasa ini untuk Tuhan, bukan untuk saya, " kata Patlaz yang telah masak selama 20 tahun. "Saya bisa menilai jika hidangan yang saya masak, enak, hanya dengan menciumnya," ujarnya menambahkan.
Untuk Mohammad Ashiq (25), berikut resep sangat penting untuk memasak, terutama karena ia tidak bisa merasakan itu selama bulan Ramadhan. "Puasa adalah tugas saya sebagai seorang Muslim. Saya telah mencapai tingkat di mana saya tidak tergoda oleh makanan lagi," jelasnya.
"Ketika saya melihat makanan selama saya berpuasa, hati saya tidak ke makan lagi. Ini tidak menjadi masalah bagi saya, tetapi lebih seperti masalah hatii," tuturnya.
Berjam-jam dihabiskan di dapur, sebagian besar berdiri, dan panas terperangkap di dalam dapur, bisa berat untuk tubuh manusia yang berpantang dari makanan atau air selama 15 jam sehari.
"Memasak dapat melelahkan. Tapi bagi saya, itu telah menjadi normal. Saya bisa berpuasa dan saya bisa memasak. Alhamdulillah, semua OK," kata Koki Malaysia,Ruzanna Razak (29), yang mulai berpuasa sejak usia tujuh tahun.
"Ketika saya merasa sangat lelah, aku berhenti memasak, istirahat selama setengah jam, dan kemudian berdoa. Setelah itu, aku merasa segar dan saya mulai bekerja lagi," ungkap Razak menjelaskan.