Puasa Ramadhan di Tengah Gelombang Panas

Rep: c25/ Red: Damanhuri Zuhri

Rabu 24 Jun 2015 22:30 WIB

Warga Pakistan beristirahat di masjid untuk menghindari gelombang panas yang mencapai 44 derajat Celsius, Senin (22/6). Foto: cnn Warga Pakistan beristirahat di masjid untuk menghindari gelombang panas yang mencapai 44 derajat Celsius, Senin (22/6).

REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Dengan suhu mencapai 48 derajat, 748 orang meninggal akibat gelombang panas di Pakistan.

Korban tewas diperkirakan akan meningkat dari warga yang berjalan saat panas, selama sepekan terakhir. Suhu dari gelombang panas ini mencapai yang tertinggi selama 15 tahun terakhir.

Sebanyak 8.000 orang telah dirawat karena dehidrasi dan serangan panas, di Jinnah Post Graduate Medical Center, di Karachi. Tempat itu sendiri sudah penuh. Untuk membantu mengobati semua pasien, banyak karyawan yang dipekerjakan dan melarang untuk mengambil libur.

Pihak berwenang menetapkan sepuluh pusat bantuan di seluruh Karachi, untuk mendistribusikan air. Banyak orang yang berpuasa selama Ramadhan, yang memang pantang dari makanan dan air, sejak matahari terbit hingga matahari terbenam. Puasa dibebaskan bagi orang tua dan orang yang sakit.

Pemadaman listrik membuat situasi yang buruk menjadi semakin buruk. Banyak dari mereka yang jatuh sakit karena tidak memiliki akses listrik terlalu lama. Pemadaman juga berpengaruh ke kamar mayat kota, yang mulai berbau busuk.

Kamar mayat tertua di sana tersebut saat ini menampung sekitar 650 mayat, dan telah ditutup untuk ditambahkan lagi, sehingga, banyak orang yang meninggalkan jenazah di pintu depan kamar mayat. Bulan lalu, lebih dari 2.000 orang tewas di India selama gelombang panas.

Terpopuler